Minggu, 10 Mei 2020

Friends –A Complement Story

Ini pelengkap untuk cerita dating when we young. Rasanya akan kurang kalau aku tidak bercerita atau memberikan kredit kepada teman-temanku disana. Ya, mungkin aku bukan teman yang baik juga si. Dan rasanya aku juga tidak punya banyak teman. Tapi yang aku tau, kalau aku perlu apa, aku cuma perlu telfon dan mereka akan ada, vise versa.

Tidak punya cukup banyak teman seperti yang lainnya buatku tidak masalah, karena aku merasa cukup demikian.

Teman yang baik itu tau kapan mereka bisa bilang apa. Yang berarti mereka bisa saling mengatakan apapun dan kapanpun tanpa menyinggung perasaan satu sama lain. Nggak ada kata kelewatan, dan kalaupun ada itu hanya akan bertahan selama beberapa saat. Dan walau bagaimanapun, mereka akan membantu saat diperlukan.

Kalaupun ada teman yang tidak bisa memaafkan, itu lebih terjadi karena keterpisahan jarak dan waktu yang berbeda. Sehingga tidak bisa duduk bersama untuk berbicara. Keadaan.

So, selagi disana aku punya teman untuk sekedar diajak duduk dan minum kopi bersama. Selagi aku tidak bersama dengan kamu. Tidak harus yang mahal karena yang aku suka adalah kopi hitam. Dengan jumlah gula yang secukupnya, yang berarti tidak ada. Berjam-jam bisa kami habiskan bersama untuk membicarakan apa saja. Mulai dari gurl, pekerjaan, sampai obrolan ngawur yang membuat tawa terbahak sampai lewat tengah malam.

Ya, aku perlu itu lagi. Kopi, tertawa lepas, dan dosis angin malam yang mencukupi. Itu yang membuatku bahagia dan membentuk hidup yang layak dijalani. A happy life.

Aku akan selalu ingat saat duduk bersama di kopi pos, dan cup-cup. Snack pilus beraneka rasa. Atau duduk di tepi kolam punya Bapak dibawah pohon yang sekarang sudah tidak ada.

Aku juga akan sesalu ingat duduk di balkon rumah Bro sampai malam, dan kadang dijamu dengan ayam bakarnya yang enak. I do missed that.

Aku rindu minum sekoteng didepan museum yang tidak pernah aku masuki, dan juga tentu ketopraknya. Yang sayangnya tidak ada di kota ini. Malam yang panjang di kampus untuk sekedar dapat wifi geratis.

Aku akan merindukan kalau aku pulang kerja ada orang di rumah kontrakan, walau bagaimanapun keadaan dan berantakannya. Dan walau akhirnya aku bertindak terlalu berengsek, semoga aku diingat juga kebaikannya, kalau ada si. Kontrakan akan menjadi kenangan yang baik buatku.

Komunitas prakarsa dan youth.


Di kota asing yang jauh ini, aku akan siap untuk mencari teman lagi. Karena setidaknya itu yang aku tau membuat bahagia. Sepertinya beberapa tahun untuk mengurusi diri sendiri sudah cukup. Aku mau membuat kenangan di kota yang panas ini.

Mugi mugi Pangeran Kang Gawe Urip mberkahi.


Jumat, 08 Mei 2020

Dating When We Young –A Story Part II

Kata orang tua, masa muda itu masa yang indah. Mungkin benar, tapi karena aku belum tua jadi aku belum bisa memastikannya. Mungkin suatu hari nanti. Tapi memang ada benarnya yang aku bisa yakin, selagi muda aku baik baik saja. Maksudnya secara fisik badan, masih bisa diajak tidur suka-suka, makan suka-suka, dan baik-baik saja. Kalau terluka, mungkin ada yang lecet atau bahkan patah, itu sembuh dan terkadang sembuh dengan cepat. Dan alinea ini tidak tau untuk apa.

Dimasa Pembatasan Sosian Bersekala Besar do this Covid-19 ini aku mempunyai banyak waktu sendirian. Ya, karena memang tidak ada yang bisa dilakukan. Tidak berniat keluar juga karena banyak tempat publik yang tidak beroprasi, dan mau menaati program pemerintah juga. Jadi, beginilah kondisinya, aku sendiri di ruanganku tanpa kontak dengan orang lain untuk waktu yang sangat lama. Perlu diakui, kalau itu membuat stress dan terkadang berujung dengan posting hal yang memilukan di social media.

Jadi begini, I think this story would have a little content about You, sorry. Dahulu sewaktu aku masih berpacaran denganmu, aku tidak pernah merasa takut atau suram atau semacamnya secara berlebihan. Tingkat stress sepertinya rendah untukku, sejauh yang aku bisa ingat. Aku merasa gembira hampir setiap waktu. Thanks to You. Aku merasa sangat hidup, bahagia dan bersemangat. Walaupun tentu kita waktu itu masih baru lulus kuliah dan mendapat pekerjaan pertama atau kedua, kita tidak punya banyak. Tapi dengan apa yang ada, kita bisa tertawa lepas dengan tulus. Aku bisa berfungsi selayaknya manusia yang normal, yang baik adanya.  A good old days to remember. Thanks to You.

Kemudian aku melihat diriku beberapa waktu lalu, aku benar-benar tidak bahagia. Selama pembatasan sosial ini aku benar-benar sendiri tanpa benar-benar berbicara atau bertemu dengan orang. Apalagi kantor menerapkan kebijakan benerja dari rumah, jadi benar-benar tidak ada kontak sosial untukku. Mungkin ada benarnya kalau kata orang, segala sesuatu bekerja mendatangkan kebaikan. Setidaknya untukku, I feel like I touch my rock buttom, thanks to You. Jadi aku bisa mulai lagi untuk merangkak naik.

Aku telah menutup diriku untuk beberapa lama, hanya berkelut dengan diriku sendiri dengan sesekali berkontak dengan Kamu. I do really happy, no hurt felling, thanks to You. Aku bisa dibilang tidak peduli dengan apapun, hanyan menjalani hari yang berlalu.

Aku berfikir untuk mencari alasan kenapa aku bahagia dulu. Dan alasan pertama yang tepikirkan adalah karena aku punya Kamu. Itu mengingatkanku kalau aku tidak sendirian, mengingatkan kalau aku disayangi. Dan aku menyayangi kamu dengan sepenuhnya juga. Jadi kalau aku pernah bilang, hal terbaik yang bisa diberikan hidup adalah dicintai oleh orang kamu cintai. Itu benar dan aku pernah mengalaminya. Thanks to You.

Koneksi daintara Kamu dan aku, kita, membuat aku bisa berfungsi seperti layaknya manusia yang beradab. Pengingat konstan yang kita berikan masing-masing, seperti ucapan atau text I love You, itu membuat gembira dan hari seberat apapun bisa dilalui. Our hand touches, dan saat kamu mengacak-acak rambutku sewaktu kita nonton film, dan sewaktu kita berbagi makanan (berarti kamu memberiku yang tidak kamu suka) itu menyenangkan. Mungkin itu karena hormon, atau karena kita seperti anak-anak. But I think it’s a life woth to be living. a happy one. Our touches. Thanks to You.

Someone to touch.

Tapi ya kemudian, kita bertumbuh dan sepertinya kesederhanaan hidup yang biasa tidak lagi cukup. Tapi hey, itu hal yang baik. Benar-benar hal yang baik yang berarti kita bertumbuh menjadi lebih baik. Hanya sayangnya, ada hal-hal yang kita tidak bisa pertemukan dan kita berubah menjadi Kamu, dan aku. Semoga kita bisa berteman dengan baik, setidaknya itu yang aku harapkan.

But hey, mungkin nggak akan bisa sebaik itu juga si ya. I mind, Who still be friend? Wishful thinking.

It’s oke, no hurt feeling for everything. I hope, because I do have none.

Uncle Dave bilang, kalau kamu mau memiliki hubungan romantic dengan seseorang, you have to be able to afford life first. Kamu harus bisa membuat hidupmu cukup. Karena banyak sekali masalah yang akan muncul berdasarkan kekurangan ekonomi. Aku percaya itu, tapi aku kan generasi milenial dan bukan siapa-siapa siapa, jadi kalau menunggu untuk mendapatkan kriteria hidup layak menurutnya, akan membutuhkan sekitar 150 tahun untuk bisa mencapainya. Harus meninggal 2-3 kali dulu ya kayaknya.

Aku juga mempunyai teman tapi. Dia sudah menikah dan tinggal di rumah kontrakan sederhana dengan sederhana lah, sama sekali tidak mewah. Mungkin cuma kebutuhan primer dan sedikit kebutuhan sekunder yang bisa mereka penuhi. Tapi hey, mereka terlihat bahagia lho, dan ya setidaknya mereka punya satu sama lain untuk saling menghibur disaat harinya berat. Dan menertawakan masing-masing saat harinya bagus. At least, they have each other. Kalian orang yang beruntung, bisa memiliki kemewahan itu.

Apakah kalian tahu kenapa orang mengucapkan selamat kepada orang yang baru jadian berpacaran, bertunangan, atau menikah? Karena mereka tau, menemukan orang yang mencintaimu dan kamu mencintainya juga itu tidak mudah, dan kamu beruntung menemukannya. Begitu menurutku.

Ah, aku benar-benar ingin berbenah, dan setidaknya aku sekarang tau apa yang aku inginkan. Hanya saja aku belum tau bagaimana caranya.

Aku ingin teman dikota yang asing dan jauh ini. komunitas akan keren sepertinya. Kalau hidup mengijinkan, aku mau dipertemukan dengan orang-orang yang mau menerimaku dilingkungan mereka. Aku mau belajar dan bisa mengerti. Aku rindu pesta atau setidaknya berkumpul bersama orang-orang untuk sekedar makan malam atau hanya berkumpul untuk apa sajalah alasannya. Berkumpul bersama keluarga sepertinya akan sangat menyenangkan.

Atau mungkin, a wishfull thinking, I would love to meet someone new. I hoped Pangeran Kang Gawe Urip have one stock for me. Hahaha..

Aku benar-benar memikirkan yang temanku itu lakukan, it’s really nice. Aku berharap juga bisa seperti dia, karena itu langkah paling logis yang bisa aku  pikirkan seandainya. Ada orang yang cukup ekstrim untuk melakukannya. I don’t know, I’ll just do my best for this life.

Terima kasih Tuhan, telah dan masih memberikanku waktu disini.

Pengunjung