Why I stop going to Church -A story
Kenapa aku berhenti pergi ke Gereja.
Di waktu hampir penghujung tahun 2021 ini, sudah lama
rasanya aku tidak pergi ke Gereja. Aku masih bisa pergi ke Gereja si, terakhir
yang aku ingat, mungkin sekitar awal 2020. Di ibadah awal tahun baru di 01
januari 2020 bersama mantan. Dan kalau tidak salah tepat sebelum pandemic
menyerang Indonesia di awal Maret 2021 aku juga pergi ke Gereja di Jogja
Bersama sodara sepupu. Setelah itu, thanks to pandemic I never have to go.
Kenapa waktu itu aku pergi ya, cuma ingin menghabiskan waktu
bersama teman dan keluarga kurasa.
Tapi jangan salah menilai ya, pergi ke Gereja untuk
beribadah sebenarnya bisa menjadi hal yang baik, bagus dan menyenangkan.
Apalagi kalau kamu punya sesuatu untuk ditawarkan ke organisasi. Mungkin kalau
kamu bisa memainkan instrument, punya pengetahuan di multimedia, atau punya
suara yang cukup bagus untuk tampil di altar. Kamu bisa menjadi orang yang
dianggap penting dan kamu punya previlage untuk mendapat banyak hal disana.
Tapi kalau untuk regular people, just like me, yang cumin
datang untuk duduk menjadi jemaat. Atau kalau pernah mengambil bagian di
organinasainya dan sedang mengalami masa yang sulit dan memutuskan untuk step
aside for while to recover. Maybe you will experience not so good moment there.
Ya, mungkin kamu tidak akan mengalami waktu yang netral atau menyenangkan. It
will be not a good time.
Ditambah lagi kalau kamu laki-laki. Mungkin akan berbeda
kalau kamu perempuan, apalagi kalau menarik. Please take no offence, I don’t
really know. But for the boys, who cares. Mereka akan diharapkan untuk menelan
dan menyelesaikan masalahnya itu sendiri. Downside for becoming boys I suppose.
Nobody would care for your feeling, like you don’t have.
Tapi mungkin begitulah adanya. Kalau kamu tidak memiliki
nilai tambah yang baik, mungkin kamu tidak akan begitu dipedulikan. Mungkin
terlalu sensitive disini, karena orang juga punya masalahnya sendiri yang harus
dipikirkan. Jadi untuk apa menambah dengan masalah orang lain. Dan karena itu
juga, untuk apa menambahkan masalah untuk orang lain.
Many would feel happy and nice for went to Church, and nice.
I do happy for them. It’s a good one.
Tapi untukku, mungkin aku tidak akan pergi ke Gereja secara
regular satu minggu sekali lagi. Tapi tidak tau juga masa depan bagaimana.
Sekarang, I just don’t feel I belong there. I don’t feeling
well … I don’t know the feeling. Tapi
untuk apa lah aku pergi kalau tidak merasa nyaman. Apalagi aku kan stranger at
strange place. Kalau datang ibadah kan untuk Tuhan ya, dan untuk apa aku datang
kalau aku tidak merasa cocok. I don’t think it will beneficiary for anyone or
anything.
Di tempat baru, sebenarnya aku pernah mencoba untuk datang ke Gereja. Orang asing ditempat orang lain, dan tidak terasa oke. Jadi aku berhenti setelah beberapa kali mencoba. Dan sepertinya aku baik-baik saja. Terasa lebih baik begini, worshiping God by myself on my own. Its work for me.
Terakhir, hanya karena aku tidak pergi ke Gereja bukan
berarti aku orang yang buruk. Aku selalu melakukan hal yang aku lakukan.
Celebrating all kind of holiday, treat people equally and so on. Bukan orang
baik, hanya orang biasa yang menjalani hidup sebaik baiknya.
Actually, foremost is i need friends. And i just don't think that i'll find they in there. not anymore