Sabtu, 05 September 2020

What Was I'm Thinking

What was I'm thinking

I do believe that people had three sides at his/herself. The bright or white side, dark, and grey side.

Aku percaya manusia mempunyai tiga sisi yang berbeda dalam hidupnya. Ada sisi yang baik, ada sisi yang gelap dan ada sisi yang abu-abu. Secara pribadi, aku lebih suka sisi yang abu-abu, karena tidak perlu repot untuk mempunyai satu pendapat yang kuat mengenai sesuaitu. Semuanya bisa dinegosiasikan dan akan ada jalan tengan untuk semuanya. Bukan berarti semua pihak yang berkaitan akan senang dengan keputusannya. Tapi setidaknya keputusan itu akan lebih sedikit menyebalkan atau menyakitkan.

Then what was Im thinking if I thought about romantic relationships? Between boy and girl, boy and boy, or girl and girl. You name it, I support the rainbow. Love is Love.



Well in my bright mind, I think that It's a very nice thing to have. I mean, I do want it. To find someone, a girl to call home. Whom I can love and loves me back. For better and for worse, and some more. I hoped that sometimes further down the line I'll find that one. I prayed to God, to couped me with one of His daughters to be my partner in this life. And we will have some years together, wondering this earth. I suppose it would be nice. It's bright tho..

Then on my dark side. Nobody would ever love, no one in the right mind for sure. I was broken, poor, and ugly soul. I have nothing to make that supposed one to be happy, literally. At this quarter life, I am nothing. It's my fault for lack of effort and poor decision, according to some people. Friends from higher ground. So, I have nothing it takes to be with someone. No, not in this lifetime.

Did I believe in reincarnation? 

I don't think I believe it. I want to believe it actually, because it will give hope, in another or next life. That I will have a better life.

See how dark it is right? Blaming something else but myself.

The gray side. I don't think I have a clear opinion on this side. But if I would ever find someone as bad as I am, it would be oke. I would think that the math equation "min x min = positive" can be applied to this. I wouldn't think "min + min = disaster". Hehe..

I don't think I will take any responsibility to add one cute little human being in this disaster I called my world. But it's gray, always middle ground for this.

The end, that a little though I had. For now.

 


 

Why?

 Why?

A Story..

Kemarin ada yang bilang samaku, temen kerja.

“Aku ada kagum sama kamu lho Dan. Disaat seperti ini, sepi kamu disini sendiri. Kamu bisa terlihat biasa aja. Kayaknya kamu bisa mengatasi situasinya. Apa si yang kamu rasain sebenernya?”

Well, sepertinya ini semacam pujian. Baiklah terimakasih lho, ternyata ada yang perhatian.

Kemudian kenapa bisa begitu, ya karena aku tidak terlalu menunjukkan perasaanku saja sewaktu bekerja. Kalau lagi sendiri kan nggak ada yang tahu ya. Jadi, sebenarnya baik-baik saja itu kalau pas lagi kerja saja sih.

Tapi juga, aku belajar ilmu lewat-lewat. Yang berarti yang sudah lalau ya biarlah berlalau, nggak perlu terlalu dipikirkan kenapa dan apa salahnya. Karena kadang kita nggak perlu salah untuk mendapat kesialan, itu bisa dating kapan saja semaunya hidup. Jadi lanjut aja deh.

Itu susah lho dipelajari sebenarnya. Karena aku kadang masih terbawa menjadi orang baik. Yang berarti orang juga harus baik karena aku baik juga. Hidup tidak seperti itu. Orang baik aku rasa tidaklah ada. Yang ada hanya orang, ada yang melakukan hal baik, ada yang melakukan hal sialan.

 


Lalu, sedari waktu kecil. Aku diajari untuk ‘Man up’, dewasalah, jangan manja. Jadi seperti itulah aku menjadi. Setidaknya aku fikir begitu. Sepertinya itu bukan hal yang bagus untuk dikatakan kepada anak kecil, tapi seperti itulah yang aku dapatkan. Itu membuatku selalu menyembunyikan perasaanku.

Aku juga nggak mau menyusahkan untuk hal yang tidak perlu. Karena memang dari dulu aku terbiasa sendiri, mandiri. Saat aku sudah menaruh atau menggantungkan sesuatu pada sesuatu or seseorang. I have tendency to get f*ck. Soo, sekarang aku jadi lebih suka melakukan sesuatu untuk diriku, sendiri.

Or maybe I'm just ignorant moron boy, pushed at adult ages..

Tapi aku berkumpul bersama lho, aku sebenarnya suka berada dalam satu kelompok apa begitu. Tapi mungkin kelompoknya yang tidak suka denganku. Haha..

Pentanyaan terakhir tentang apa yang aku rasakan? Aku tidak pernah bener-benar memikirkannya.

Kenapa begitu? Karena perasaanku nggak penting. It’s irrelevant. Jadi buat apa dibahas kalau tidak ada gunanaya kan. Kalau ada yang baca ini, tolong berhenti berlakau demikian yang diatas itu pada anak-anak. Itu merusak. Membuat orang tidak bisa menjadi, decent human being.

Untuk membahas apa yang aku rasakan, perlu orang yang benar-benar aku percaya dan aku anggap memang peduli. Dan sayangnya belum aku temukan orangnya sampai sekarang. Tapi hey, apa si pentinya perasaanku. Itu kan tidak relevan.

Tapi aku baik-baik saja. Aku hanya rindu jalan-jalan.

 


Pengunjung