Kata orang tua, masa muda itu masa yang indah. Mungkin
benar, tapi karena aku belum tua jadi aku belum bisa memastikannya. Mungkin suatu
hari nanti. Tapi memang ada benarnya yang aku bisa yakin, selagi muda aku baik baik saja. Maksudnya
secara fisik badan, masih bisa diajak tidur suka-suka, makan suka-suka, dan
baik-baik saja. Kalau terluka, mungkin ada yang lecet atau bahkan patah, itu
sembuh dan terkadang sembuh dengan cepat. Dan alinea ini tidak tau untuk apa.
Dimasa Pembatasan Sosian Bersekala Besar do this Covid-19
ini aku mempunyai banyak waktu sendirian. Ya, karena memang tidak ada yang bisa
dilakukan. Tidak berniat keluar juga karena banyak tempat publik yang tidak
beroprasi, dan mau menaati program pemerintah juga. Jadi, beginilah kondisinya,
aku sendiri di ruanganku tanpa kontak dengan orang lain untuk waktu yang sangat
lama. Perlu diakui, kalau itu membuat stress dan terkadang berujung dengan
posting hal yang memilukan di social media.
Jadi begini, I think this story would have a little content about You, sorry. Dahulu sewaktu
aku masih berpacaran denganmu, aku tidak pernah merasa takut atau suram atau
semacamnya secara berlebihan. Tingkat stress sepertinya rendah untukku, sejauh
yang aku bisa ingat. Aku merasa gembira hampir setiap waktu. Thanks to You. Aku
merasa sangat hidup, bahagia dan bersemangat. Walaupun tentu kita waktu itu
masih baru lulus kuliah dan mendapat pekerjaan pertama atau kedua, kita tidak
punya banyak. Tapi dengan apa yang ada, kita bisa tertawa lepas dengan tulus.
Aku bisa berfungsi selayaknya manusia yang normal, yang baik adanya. A good old days to remember. Thanks to You.
Kemudian aku melihat diriku beberapa waktu lalu, aku
benar-benar tidak bahagia. Selama pembatasan sosial ini aku benar-benar sendiri
tanpa benar-benar berbicara atau bertemu dengan orang. Apalagi kantor
menerapkan kebijakan benerja dari rumah, jadi benar-benar tidak ada kontak sosial
untukku. Mungkin ada benarnya kalau kata orang, segala sesuatu bekerja
mendatangkan kebaikan. Setidaknya untukku, I feel like I touch my rock buttom,
thanks to You. Jadi aku bisa mulai lagi untuk merangkak naik.
Aku telah menutup diriku untuk beberapa lama, hanya berkelut
dengan diriku sendiri dengan sesekali berkontak dengan Kamu. I do really happy,
no hurt felling, thanks to You. Aku bisa dibilang tidak peduli dengan apapun,
hanyan menjalani hari yang berlalu.
Aku berfikir untuk mencari alasan kenapa aku bahagia dulu. Dan
alasan pertama yang tepikirkan adalah karena aku punya Kamu. Itu mengingatkanku
kalau aku tidak sendirian, mengingatkan kalau aku disayangi. Dan aku
menyayangi kamu dengan sepenuhnya juga. Jadi kalau aku pernah bilang, hal
terbaik yang bisa diberikan hidup adalah dicintai oleh orang kamu cintai. Itu benar
dan aku pernah mengalaminya. Thanks to You.
Koneksi daintara Kamu dan aku, kita, membuat aku bisa
berfungsi seperti layaknya manusia yang beradab. Pengingat konstan yang kita
berikan masing-masing, seperti ucapan atau text I love You, itu membuat gembira dan hari seberat
apapun bisa dilalui. Our hand touches, dan saat kamu mengacak-acak rambutku
sewaktu kita nonton film, dan sewaktu kita berbagi makanan (berarti kamu
memberiku yang tidak kamu suka) itu menyenangkan. Mungkin itu karena hormon,
atau karena kita seperti anak-anak. But I think it’s a life woth to be living.
a happy one. Our touches. Thanks to You.
Someone to touch.
Tapi ya kemudian, kita bertumbuh dan sepertinya
kesederhanaan hidup yang biasa tidak lagi cukup. Tapi hey, itu hal yang baik. Benar-benar
hal yang baik yang berarti kita bertumbuh menjadi lebih baik. Hanya sayangnya,
ada hal-hal yang kita tidak bisa pertemukan dan kita berubah menjadi Kamu, dan aku. Semoga
kita bisa berteman dengan baik, setidaknya itu yang aku harapkan.
But hey, mungkin nggak akan bisa sebaik itu juga si ya. I
mind, Who still be friend? Wishful thinking.
It’s oke, no hurt feeling for everything. I hope, because I do have
none.
Uncle Dave bilang, kalau kamu mau memiliki hubungan romantic
dengan seseorang, you have to be able to afford life first. Kamu harus bisa
membuat hidupmu cukup. Karena banyak sekali masalah yang akan muncul
berdasarkan kekurangan ekonomi. Aku percaya itu, tapi aku kan generasi milenial
dan bukan siapa-siapa siapa, jadi kalau menunggu untuk mendapatkan kriteria
hidup layak menurutnya, akan membutuhkan sekitar 150 tahun untuk bisa
mencapainya. Harus meninggal 2-3 kali dulu ya kayaknya.
Aku juga mempunyai teman tapi. Dia sudah menikah dan tinggal
di rumah kontrakan sederhana dengan sederhana lah, sama sekali tidak mewah. Mungkin
cuma kebutuhan primer dan sedikit kebutuhan sekunder yang bisa mereka penuhi. Tapi
hey, mereka terlihat bahagia lho, dan ya setidaknya mereka punya satu sama lain
untuk saling menghibur disaat harinya berat. Dan menertawakan masing-masing
saat harinya bagus. At least, they have each other. Kalian orang yang beruntung,
bisa memiliki kemewahan itu.
Apakah kalian tahu kenapa orang mengucapkan selamat kepada
orang yang baru jadian berpacaran, bertunangan, atau menikah? Karena mereka tau,
menemukan orang yang mencintaimu dan kamu mencintainya juga itu tidak mudah,
dan kamu beruntung menemukannya. Begitu menurutku.
Ah, aku benar-benar ingin berbenah, dan setidaknya aku sekarang
tau apa yang aku inginkan. Hanya saja aku belum tau bagaimana caranya.
Aku ingin teman dikota yang asing dan jauh ini. komunitas akan keren sepertinya. Kalau
hidup mengijinkan, aku mau dipertemukan dengan orang-orang yang mau menerimaku
dilingkungan mereka. Aku mau belajar dan bisa mengerti. Aku rindu pesta atau
setidaknya berkumpul bersama orang-orang untuk sekedar makan malam atau hanya
berkumpul untuk apa sajalah alasannya. Berkumpul bersama keluarga sepertinya
akan sangat menyenangkan.
Atau mungkin, a wishfull thinking, I would love to meet
someone new. I hoped Pangeran Kang Gawe Urip have one stock for me. Hahaha..
Aku benar-benar memikirkan yang temanku itu lakukan, it’s
really nice. Aku berharap juga bisa seperti dia, karena itu langkah paling
logis yang bisa aku pikirkan seandainya.
Ada orang yang cukup ekstrim untuk melakukannya. I don’t know, I’ll just do my
best for this life.
Terima kasih Tuhan, telah dan masih memberikanku waktu
disini.