Once I love talking with strangers about anything, because it's easy and no judgement there. Either they don't care or just have no idea what I'm talking about. Berbicara dengan orang asing yang tidak mengenalmu yang sedang merenung juga terkadang bisa mengasikan bagi semua pihak, tapi kalau kondisinya buruk, it will be disaster. Dan sayangnya untuk akhir-akhir ini, berbicara dengan orang asing tidaklah mudah. Karena semua orang punya kotak teknologi yang selalu menemani mereka. Seolah-olah itu menempel ditangan.
Back to topic. Aku sedang duduk di warung kopi biasa pinggir jalan, menikmati long black favorit. Kemudian pria yang mungkin dua kali umurku datang dan duduk disebelahku. Aku hanya menduga umurnya, not sure. He isn't good looking, maybe because ages and condition. Sure he does not have much money, because we in that coffee stand. Setelah beberapa saat duduk dan menikmati suasana disana dan mengobrol ringan, I don't even know his name though.
Dia bercerita kalau dia baru menikah di umur 40an. Saat aku bertanya mengapa, dia menjawab sebenarnya dia juga tidak tahu mengapa. Bukankah menikah menurut apa yang diyakini itu disarankan ya, dan seharusnya kalau biasa saja bisa dilakukan dengan modal yang terjangkau. Most important, hehhe. Tidak tahu juga. Mungkin terlalu menikmati hidup dan kehidupannya sendiri. Merasa tidak memerlukan istri atau semacamnya. Dia juga mengaku tidak berpacaran juga. Is he straight, maybe, not sure and really doesn't matter.
Dia memiliki pekerjaan biasa, tidak menarik dan tidak punya rumah juga, tidak punya mobil dan cuma punya sepeda motor. What you've done with your life dude, you not supposed to be that poor at that age in the city. Kami mengobrol karena kami sama-sama tidak ada hal lain yang harus dilakukan, gabut level dewa. Aku hanya akan menulis apa yang dia ceritakan, bukan apa yang aku ceritakan disini.
Dia bercerita, sebenarnya dia dulu punya pacar sewaktu masih kuliah. Dia juga pernah berpacaran beberapa kali dulu sewaktu masih 20an.Semuanya baik-baik saja dan akhirnya dia bisa juga berpacaran dengan gadis yang benar-benar dia cintai, his word. Mereka berpacaran selama beberapa tahun dan dia bilang itu merupakan tahun terbaik dalam hidupnya, plan everything to be good and he was so happy. Until he doesn't. The life finally strike back and tears everything up. Mereka putus karena ternyata hubungan mereka tidak direstui oleh calon mertua. Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang, tapi tidak bersama dengan putri kami katanya. That hurts him for couple years too. Shit, not all the same, but I felt it. He's not dating ever since.
Waktu berlalu dan menjadi tua tidak dapat dihindari. Sampai pada suatu saat lama setelah itu, akhirnya dia mulai menginginkan kembali untuk merasa memiliki dan dimiliki seseorang. Setelah mencari seseorang di umurnya, tidaklah banyak yang tersisa. Mereka semua tentu saja sudah memiliki suami atau setidaknya pernah. Rasanya juga sudah tidak relevan untuk mencari seperti apa yang dia inginkan. Membuka diri untuk siapa saja yang mau menyukainya, dan dia akan menyukainya juga. Just anyone likes me, I will like her back. I'm scared of that idea actually. But it is what it is, and it's work for him. Dia sudah menikah sekarang dengan seorang janda karena suaminya meninggal dengan dua anak. Dia mengaku cukup bahagia sekarang, hanya terkadang dia sempat memikirkan apa yang bisa dilakukan jika dia melakukannya dengan cara yang berbeda.
In conclusion, I don't really know what the moral value of this story. Maybe just love back someone who loved you. For it's possibly the happiest thing may happen in this world. Again it's just random talk with strangers. What do we expected.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar