Rabu, 26 Februari 2020

Dating When We're Young -A Story

Dating when we're young.
Pacaran selagi muda itu menyenangkan. Karena kita (well untuk ini dan selanjutnya kalau bukan kita setidaknya aku ah ya) tidak memperdulikan apapun selain diri kita sendiri. Hidup menjadi begitu sederhana karena kita masih menginginkan hal yang sederhana. Sekedar berkumpul bersama dengan minum kopi dan kesenangan murah sudah bisa membuat kita senang. 

Mungkin keinginan itu akan berbentuk seperti kurva ya. Awalnya selagi kita anak anak sampai dengan remaja, kita menginginkan hal yang sederhana, kiddo. Kemudian kita menginginkan hal lain yang lebih rumit dan memerlukan banyak waktu untuk tercapai setelah kita menjadi pemuda. Young man. Tapi terkadang kita bisa kehilangan kesabaran dan keinginan itu selamanya akan menjadi keinginan, atau terlupakan. Dan kalau kita sudah tua, yang diinginkan hanya berkumpul kumpul lagi. Well sejujurnya aku tidak tahu yang ini, karena aku belum tua. Tapi begitu adanya dari yang biasa aku dengar dari orang orang yang sudah berumur.

Hm, jadi apa hubungannya bahasan keinginan dengan pacaran waktu kita muda ya?
I don't really know about it exactly, tapi aku mau bercerita saja tentang apa yang aku rasakan dan alami. Sedikit saja. Bagi yang mengenalku secara pribadi, kalau aku bercerita tentang seorang gadis (setidaknya sampai dengan sekarang, Februari 2020) itu akan merujuk pada satu orang, Love of My Life. Aku nggak mau sebut namanya deh, karena kalau sampai dia membaca ini, mungkin dia akan merasa tidak nyaman. Maybe.

Awalnya aku bertemu dengan dia, Love of My Life, sewaktu aku menjadi mahasiswa di kursi kuliah. Kalau bangku untuk sekolah sampai SMA sepertinya ya, kalau kuliah pakai kursi mungkin. Hari itu, waktunya kami mendaftar keanggotaan wajib perpustakaan universitas. Yang sejujurnya tidak pernah kumasuki lagi sampai tiba waktunya aku perlu literatur untuk bahan skripsi. Atau pernah sekali ada acara kesana karena seminar unit kegiatan mahasiswa. Not fans of books.

Kembali ke cerita, waktu itu aku sedang mengisi form kertas untuk membuat kartu anggota sendirian, karena aku bukan orang yang berasal dari kota Bandar Lampung, kota tempat universitasnya. Dan teman teman dari SMA tidak banyak yang kuliah disana, kebanyakan mereka pergi ke Pulau Jawa, atau tidak melanjutkan kuliah sama sekali. Aku tidak berasal dari lingkungan yang kaya, tidak berkecukupan tapi cukup dengan usaha. I keep missing the point.

Aku duduk di meja lusuh bekas entah darimana dapatnya, bukan meja yang bagus, sambil mengerjakan form kertas itu. Sedang asyik mengerjakan, aku teralihkan dengan suara pintu terbuka dan disanalah pertama kali aku melihatnya. Sekarang aku tidak ingat apakah dia sendiri juga atau bersama temannya. Tapi aku akan selalu ingat betapa cutenya dia waktu itu. Dia memakai baju putih standar untuk mahasiswa baru dan rok hitam. standar untuk mahasiswa baru. Why Indonesia?

Dia membuka pintu dan berjalan langsung ke meja pendaftaran. Aku langsung menyukainya, love at first sight katanya ya. Dia tidak terlalu tinggi, tapi rata rata orang Indonesia. Rambutnya hitam dan lurus, ditambah dengan poni lurus kedepan ala orang Jepang yang dulu tenar, aku nggak tau apa nama modelnya sih. Kulit putih, chubby dan mata sipit yang cantik. Dia adalah gadis paling cantik yang pernah aku lihat. 

Aku menyukai gadis keturunan Tionghoa, entah kenapa I just like Chinese girl. Aku sebenarnya tidak memiliki tipe gadis yang aku sukai saat itu. Kalau sekarang, yang aku sukai adalah seperti Dia. Well I am bad at descripting people ya. Dan dia bukan chinese girl, sama sekali bukan, cuma mirip saja. But I like her.

Sebenarnya aku sudah beberapa saat selesai mengisi formnya, tapi aku menunggu waktu yang tepat untuk mengembalikannya. Kapan waktunya, setelah dia mengembalikan formnya karena aku ingin sekali tahu namanya. I wouldn't dare to talk with girl back then, aku nggak akan berani. Aku tidak bisa melihat dia menulis formnya dari tempatku duduk, dia ada di sudut lain yang terhalang pilar putih besar di tengah ruangan yang menjaga gedung perpustakaan ini berdiri. I hate that. Tapi waktu yang ditunggu akhirnya tiba, dia berjalan ke meja pendaftaran. Beberapa saat setelah dia disana, aku datang dan berdiri beberapa langkah dan aku tau namanya. Love of My Life. Aku tidak berani untuk melihat wajahnya dari dekat, padahal kami berdiri hanya beberapa langkah, mungkin akan ada yang bilang creepy, tapi itu yang terjadi waktu tu. 

Ditambah aku aku tau informasi tambahan. Kami satu Fakultas Ekonomi, hanya berbeda jurusan, Akuntansi dan Manajemen. Artinya kami akan bisa bertemu lebih banyak. Mungkin bisa berkenalan suatu saat nanti kalau aku punya keberanian untuk menyapa. And I do. Kemudian dia pergi keluar dan itulah saat pertama aku melihatnya. Disambung nanti.

Kenapa Aku Memiliki Asuransi Jiwa

Kenapa aku memiliki Asuransi Jiwa
Asuransi Jiwa itu mengalihkan sebagian resiko keuangan ke perusahaan asuransi kalau kamu meninggal. You know, life suck and shit things happen sometime, if not always. Jadi kalau kamu meninggal, kamu nggak akan cuman mati, tapi boleh meninggalkan sesuatu untuk orang yang terkasih. Lebih tepatnya uang, karena hidup sekarang mahal dan perlu uang kan. Maybe make their life easier for a while. Setidaknya kamu meninggalkan sesuatu lah untuk orang terkasih, kalau ada orangnya, nggak cuman pergi begitu saja.

Hidup ini tidak mudah, sama sekali tidak mudah setidaknya untuk diriku. Saat ini aku tidak memiliki harta apa apa, tahun lalu aku sudah memulai untuk berinvestasi tapi nanti diceritakan di sesi yang lain. Kembali ke topik, hidup selain tidak mudah, itu juga rapuh dan bisa berakhir kapan saja tidak ada yang tahu. Jadi kalau kita punya seseorang yang kita sayangi, mungkin akan bijak untuk memilikinya. Untuk mengingatkan mereka kalau kita ini orang baik, setidaknya menurut diri kita sendiri. Dan membantu mereka sejenak melanjutkan hidup. Oya aku tidak akan menyebut nama perusahaan apapun disini.

Asuransi jiwa ini sebenarnya biaya, jadi dianggap hilang begitu saja setelah kita bayar preminya. Aku tidak terlalu paham juga sih. Tapi ada yang akan mengembalikan preminya jika kita tidak meninggal selama masa pertanggungan. Ini yang membuatku tertarik, jadi seperti menabung saja kalau kita tidak meninggal. It's kinda cool. Jadilah aku membeli polis yang jenis ini, pertanggungannya tidak banyak, tidak akan cukup untuk membeli rumah kecil di kota, tapi kalau untuk bayar sewa satu tahun dan makan biasa enam bulan harusnya cukup. Jadi itu tidak buruk, dan semoga tidak akan menjadi seperti kasus perusahaan Asuransi BUMN yang viral awal tahun 2020 ini. Semoga tidak akan terjadi gagal bayar seperti itu lagi kedepan.

Jadi kenapa aku memiliki asuransi Jiwa? Karena aku punya orang yang aku sayangi, yang walaupun aku sepertinya tidak pernah secara langsung bilang, but I Love You Sist, truly. Kalau kejadian itu tiba tiba datang, setidaknya aku bisa membuat hidupnya sedikit lebih enak financially. Tapi kalau melihat lebih dalam, sejujurnya aku melakukan itu bukan murni untuk orang lain, tapi lebih untuk membuat diriku merasa baik. Make myself feel good. Karena selama ini rasanya aku tidak menjadi kakak yang baik, whatever that mean. We have unique childhood, maybe I will write about it someday.

Oke, jadi kalau punya orang tersayang, dan bisa punya uang lebih yang bisa disisihkan setelah biaya hidup bulanan. Sebaiknya beli lah asuransi jiwa. Tapi sebaiknya beli asuransi kesehatan dulu sih kalau belum punya. Untuk aku sendiri, perusahaan tempatku bekerja berbaik hati menyediakannya, jadi aku tidak perlu untuk sekarang.

Talk To Stranger -Life After 40 (Feb 25, 2020)


Once I love talking with strangers about anything, because it's easy and no judgement there. Either they don't care or just have no idea what I'm talking about. Berbicara dengan orang asing yang tidak mengenalmu yang sedang merenung juga terkadang bisa mengasikan bagi semua pihak, tapi kalau kondisinya buruk, it will be disaster. Dan sayangnya untuk akhir-akhir ini, berbicara dengan orang asing tidaklah mudah. Karena semua orang punya kotak teknologi yang selalu menemani mereka. Seolah-olah itu menempel ditangan.

Back to topic. Aku sedang duduk di warung kopi biasa pinggir jalan, menikmati long black favorit. Kemudian pria yang mungkin dua kali umurku datang dan duduk disebelahku. Aku hanya menduga umurnya, not sure. He isn't good looking, maybe because ages and condition. Sure he does not have much money, because we in that coffee stand. Setelah beberapa saat duduk dan menikmati suasana disana dan mengobrol ringan, I don't even know his name though.

Dia bercerita kalau dia baru menikah di umur 40an. Saat aku bertanya mengapa, dia menjawab sebenarnya dia juga tidak tahu mengapa. Bukankah menikah menurut apa yang diyakini itu disarankan ya, dan seharusnya kalau biasa saja bisa dilakukan dengan modal yang terjangkau. Most important, hehhe. Tidak tahu juga. Mungkin terlalu menikmati hidup dan kehidupannya sendiri. Merasa tidak memerlukan istri atau semacamnya. Dia juga mengaku tidak berpacaran juga. Is he straight, maybe, not sure and really doesn't matter.

Dia memiliki pekerjaan biasa, tidak menarik dan tidak punya rumah juga, tidak punya mobil dan cuma punya sepeda motor. What you've done with your life dude, you not supposed to be that poor at that age in the city. Kami mengobrol karena kami sama-sama tidak ada hal lain yang harus dilakukan, gabut level dewa. Aku hanya akan menulis apa yang dia ceritakan, bukan apa yang aku ceritakan disini.

Dia bercerita, sebenarnya dia dulu punya pacar sewaktu masih kuliah. Dia juga pernah berpacaran beberapa kali dulu sewaktu masih 20an.Semuanya baik-baik saja dan akhirnya dia bisa juga berpacaran dengan gadis yang benar-benar dia cintai, his word. Mereka berpacaran selama beberapa tahun dan dia bilang itu merupakan tahun terbaik dalam hidupnya, plan everything to be good and he was so happy. Until he doesn't. The life finally strike back and tears everything up. Mereka putus karena ternyata hubungan mereka tidak direstui oleh calon mertua. Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang, tapi tidak bersama dengan putri kami katanya. That hurts him for couple years too. Shit, not all the same, but I felt it. He's not dating ever since.

Waktu berlalu dan menjadi tua tidak dapat dihindari. Sampai pada suatu saat lama setelah itu, akhirnya dia mulai menginginkan kembali untuk merasa memiliki dan dimiliki seseorang. Setelah mencari seseorang di umurnya, tidaklah banyak yang tersisa. Mereka semua tentu saja sudah memiliki suami atau setidaknya pernah. Rasanya juga sudah tidak relevan untuk mencari seperti apa yang dia inginkan. Membuka diri untuk siapa saja yang mau menyukainya, dan dia akan menyukainya juga. Just anyone likes me, I will like her back. I'm scared of that idea actually. But it is what it is, and it's work for him. Dia sudah menikah sekarang dengan seorang janda karena suaminya meninggal dengan dua anak. Dia mengaku cukup bahagia sekarang, hanya terkadang dia sempat memikirkan apa yang bisa dilakukan jika dia melakukannya dengan cara yang berbeda.

In conclusion, I don't really know what the moral value of this story. Maybe just love back someone who loved you. For it's possibly the happiest thing may happen in this world. Again it's just random talk with strangers. What do we expected.

Selasa, 25 Februari 2020

Kenyataan Setelah Bekerja -A Story

Kenyataan setelah bekerja
Bekerja adalah kewajiban semua orang, setidaknya itu yang aku percayai. Semua orang ingin dan harus bekerja untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Kita hidup di dunia material, ini bukan berbicara tentang uang atau istilah nya matre saja, tapi kita memerlukan benda benda lain untuk hidup. We need things to survive.

Hidup tidak memberikan sesuatu secara cuma cuma, kita harus mendapatkannya. Ya mungkin ada memang orang yang tidak perlu bekerja untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tapi itu tidak berlaku secara umum dan sangat kecil kemungkinan orang bisa mengalaminya. Jadi itu tidak dihitung.

Sewaktu anak anak sampai dengan remaja, setidaknya selama masa sekolah sampai mahasiswa, normalnya kita tidak begitu memikirkan tentang hidup dan biaya hidup terlalu berat. Ada orang tua yang menyediakan semua kebutuhan kita, setidaknya itu yang ada di hidupku.

Memang sekali waktu aku harus bekerja untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, tapi melihat teman teman yang lain, mereka tidak perlu melakukannya. It's already provided for them. Tapi walau bagiamana kalau aku meminta sesuatu, itu akan ada jika itu memang keperluan. Entah bagaimana, orang tuaku akan menyediakannya. Kalu melihat itu sekarang, rasanya menakjubkan mengingat kami tidak punya banyak waktu itu. Bukan orang yang punya pendapatan tetap setiap bulan, hanya petani biasa di sebuah desa kecil.

Aku sebenarnya tidak meinta banyak seingatku, bukan karena aku tidak ingin, tetapi karena aku menyadari hidup kami tidak mudah dan aku tidak ingin nenambah ketidak mudahannya. Jadi ya, aku mencukupkan dengan apa yang diberikan padaku. Dahulu itu sudah cukup kok, and I has quite nice childhood. Lagi pula kami hidup di desa yang cukup jahuh dari kermaian, jadi idak banyak juga yang bisa dilakukan.

Sewaktu sekolah aku bukan anak yang pintar, aku tidak pernah dapat juara kelas, bukan juga yang termasuk suka berloahraga. Damn I don't do anything. Tapi beruntungnya aku selalu berhasil masuk ke sekolah dan universitas yang termasuk bagus di Provinsi. i'm so lucky. Tapi intinya aku ini bukan siapa siapa, dan sepertinya tidak berniat menjadi siapa siapa, kekurangan inspirasi atau passion. Dimana aku bisa memperbaiki sikap ini ya, hidup jadi kurang menyenangkan kalau terus seperti ini. Anyway, aku berhasil lulus SMA dan Universitas dengan cukup baik.

Keinginan untuk hidup mandiri datang sewaktu jadi mahasiswa. Memang enak jadi mahasiswa, itu saat paling bebas rasanya. Saat itu rasanya berbeda ketika berada di usia yang punya banyak energi dengan lebih sedikit tanggung jawab. Karena menurut hukum masih termasuk dibawah umur, tapi kita sudah boleh melakukan banyak hal seperti orang dewasa. Selagi itu, mungkin baiknya lakukanlah banyak hal yang menarik just for fun, selama itu tidak merugikan siapapun.

Sewaktu jadi mahasiswa rasanya hidup setelahnya akan sangat menyenangkan. Waktu itu aku bisa pergi ke tempat tempat yang asik bersama teman teman dengan biaya yang seadanya. Aku membayangkan bagaimana akan asiknya kalau nanti kami sudah lulus dan perji jalan jalan dengan modal yang cukup. Pasti lebih menyenangkan. But I tell you, nyatanya tidak seperti itu.

Setelah lulus dan mulai bekerja, kenyataan akan mengucapkan salam kepadamu. Welcome to the real worls, I am Life we'll see each other much. Begitulah, setelah lulus akan sulit untuk sekedar pergi jalan jalan. Jadi kalau ada kesempatan untuk pergi, pergilah segera, kesempatan itu tidak akan terulang lagi. Tapi kalau bisa jangan sampai berhutang untuk itu ya, akan ada penyesalan kalau seperti itu.

Sewaktu jadi mahasiswa juga, dengan uang saku yang terbatas cenderung sedikit, aku isa hidup dengan cukup baik. Ya aku tinggal di rumah tanteku sih, jadi soal makanan pokok tidak terlalu dipikirkan. Tapi aku juga tidak mendapatkan banyak, hanya setengah dari rata rata uang bulanan teman temanku yang kos. Kalau teman yang tidak kos, sepertinya kebanyakan mereka dapat pendanaan yang tidak terbatas. Walaupun ada juga yang sangat terbatas, aku tau sendiri karena ada teman yang seperti itu. Aku membayangkan, kalau nanti sudah bekerja dan punya uang sendiri, hidup akan jauh lebih enak. It's not likely if your first job is minimum wages.

Setelah bekerja, akhirnya aku berkenalan dengan hidup. Itu tidak menjadi semakin mudah sama sekali. Ya, aku jadi punya uang sendiri dan akhirnya bisa berhenti minta dari orang tua, tapi waktu untuk menikmati hidup menjadi sangat jauh berkurang. Karena aku bekerja di pekerjaan pada umumnya, di kantor dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Keadaan itu sama sekali bukan hidup yang aku bayangkan sewaktu masih jadi mahasiswa dulu. Dulu aku berfikir bisa pergi sesekali ke tempat yang menyenangkan, makan apa saja yang aku mau, dan membeli barang barang yang aku mau, Hidup material.

Kenyataannya, setelah hidup sendiri, akan banyak sekali biaya yang harus dibayar. Mulai dari biaya sewa tempat tinggal, tagihan tagian seperti listrik, air, pulsa telepon, ransportasi. Dan dengan gaji minimum, itu hanya akan cukup untuk mebayar semua itu plus makan sederhana selama satu bulan. Jika beruntung dan tidak kebanyakan jajan. Ya, itu kenyataan kalau kamu hidup di gaji minimum, you trap. 

Jadi sudah bekerja dari Senin sampai denga Jumat, dan terkadang hari Sabtu sepanjang hari. Just not enough time for yourself anymore. Hari Minggu akan diisi dengan istirahat untuk memulai lagi hari kerja yang melelahan. It's not confortable way of life, but it is what it is. Begitulah.

Tapi walau bagaimanapun, hiduplah dengan baik. Berbahagialah dengan apa yang hidup berikan kepadamu sekarang. Apalagi kalau masih sehat, punya pekerjaan yang bisa membayar semua pengeluaran dan syukur kalau bisa ada yang ditabung. Lebih bersyukut lagi kalau punya pasangan atau pacar yang bisa diajak jalan. Kalu seperti itu, Life is still kind to you. Not fucking you, yet.

I want to write this -A Story

I want to write this. Tell you a little bit why I become less care.
I had a friend from high school, we go to the same university, and sometimes still in touch at marketplace even we in a different city.

I know he has a crush back in high school, and somehow become her boyfriend. He really likes her, his first girlfriend from what I know. But after we graduated from high school, they broke up because he stayed in town and she moved to better college in another city. Long distance relationship is not for everyone, mostly. Besides, we just kids back then, what do we know about the relationship. Its normal story right.

Time past, I think he is moving on. Surely, he gets another girlfriend but she look lot alike his ex. I thought it was just his type. I know she is a beautiful nice girl. And they together since second semester, and in my opinion they cute together.

Until one day in work. He calls me, of course I don't remember all the details, but it's pretty much like this.
Bro "Hy what's up Dan, long time no see"
Dan "Hey Bro, it's fine here. 

B: Halo Dan, apa kabar lu, udah lama banget nggak ngobrol.
D: Halo Bro, iya kan lu yang sibuk banget ya kayaknya.

B: Hahhaha, masak iya si. kayaknya lu juga sibuk deh. aman kerjaan?
D: Alah, sok nanyain kerjaan. Pas gw d tangerang nggak dateng Lu. Ada apa lu tumben ni?
B: Masih bahas itu aja lo gak lupa2 kayak cewek. kan udah pernah kita bahas kan ini.
D: Iye iye, jadi ada apa ni. cerita2 geh.

B: Jadi gini, kemaren gw ketemu S. dia disini sekarang.
D: Tunggu, S dari SMA? bukannya lo masih sama K ya?
B: Iya lah siapa lagi emang. masih sama K kok gw. tapi kan dia cinta pertama gw Bro, masih inget waktu gw sama2 dia. Dia jomblo juga kemaren dia cerita.
D: Kok gw nggak nyambung si, terus kenapa?

B: Iya kayaknya gw masih suka deh sama dia Bro.
D: Waduh, enak ya jadi lo, banyak yg suka tinggal milih aja. tapi kan lu sama K sekarang bro, udah 5 tahun ya. 
B: Kam kam, bukan gitu juga ya. kemaren kami ngopi2 sambil cerita gitu, asik banget ngobrol sama dia setelah sekian lama. asik banget gw sama dia.
D: Iya pasti asik si bro ngobrol sama cinta pertama.
B: Iya dia nggak pernah ngeselin gw dari dulu. kayaknya gw mau sama dia lagi deh Dan.
D: what? kok bisa lu ngomong gitu bro. kalo K tau gimana coba.
B: iya si, tapi ini orang pertama yg gw suka lho dan. kayaknya juga K udah bosen juga sama gw.
D: ah masak si, lu apa K yg bosen Bro?

B: Ish, kok lu malah gitu si Dan, bukan suport gw
D: lah emang gw ngomong apaan si bro. kan gw temen kalian, gw mau yg baik buat kalian dong.
B: Jadi kata lu, gw harus tetep sama K nih? oke deh.
D: Iya, gitu si kalo gw mah ya. lagian kan lu nggak akan inget gimana ngeselinnya S, karena sekarang yg lu pinginin cuman muasin rasa penasaran lu.
B: Iye bawel. (and he hang up, shit guess I made a mistake)

And apparently yes, I made mistakes. we never talk ever since. That bastard also talk to S what I told him, and she hates me. Finally, B and K broke up just before their 6th dating anniversary, and I guess they don't like me anymore either. I'm feel like become part of some collateral damage, and I'm not really there. So much wrong with kids my day, on this day. Sh.

So you see, I messed with someone's life, even with my good intention. I know it's not all my fault, but maybe I'm part of it. The point is, I don't want to mess with someone's life anymore. I just withdraw myself from anyone life and want to enjoy my life.

But now it's become lack of good friends

Kenapa Kita Kesepian -A Story

Kenapa kita kesepian.
Kesepian itu apa sih? Kenapa kita, atau aku setidaknya ya, sebagai manusia merasakannya. Kesepian bukan perasaan yang menyenangkan. I hate everytime I felt it dan sayangnya akhir-akhir ini aku sering berjumpa dengannya.

Sebelumnya aku tidak pernah begitu merasakannya, tapi semenjak tahun 2020 sampai dengan bulan Februari ini saja aku sudah merasa beberapa kali sangat kesepian. Hidup terasa sangat membosankan. Aku sebenarnya sudah terbiasa sendirian semenjak dua tahun terakhir setidaknya dan selama itu aku tidak pernah merasakan begitu kesepian seperti ini. 

Kesepian menurut KBBI, kesepian itu keadaan sepi; kesunyian; kelengangan.
Kalau menurut prikologi, kesepian merupakan sebuah keadaan dimana seseorang merasa hampa, sendirian, dan tidak diinginkan. Jadi kesepian merupakan keadaan mental, bukan fisik. What's wrong with my head, I have no idea.

Hm, mungkin sejujurnya aku tidak mencari jawaban di tulisan ini. Karena aku tahu nggak ada yang akan membaca dan tau jawabannya, kenapa kesepian ini datang terlalu sering belakangan ini. Aku hanya ingin bercerita, menulis tentang sesuatu. Ya, mungkin aku akan lebih sering menulis saja mulai dari sekarang. Sepertinya juga tidak lagi ada orang yang bisa mengerti atau aku percaya untuk bercerita tentang diriku. Atau punya waktu untuk berbicara dan mendengarkan. Nobody fooking care, and me too for sure. Jadi aku akan menulis saja, tentang apa saja untuk mengisi hari hari yang berlalu dengan begitu saja.

jadi sebenarnya apa inti dari tulisan ini ya? sepertinya si tidak ada, hanya sedikit cerita saja yang tidak mengharapkan apa apa. Good Lord help me, it's weird.

Pengunjung