Rabu, 07 Oktober 2020

Keripik Kentang Asik

 Hey,aku merenung tentang "keripik kentang".

Malam lalu aku tidak sengaja melihat banyak foto kenangan sewaktu sewaktu masih kuliah dan beberapa saat setelah lulus. Awalnya tidak sengaja buka satu foto, tapi kemudian facebook menjadi baik dengan menunjukkan foto foto yang lain dan akhirnya beberapa jam terlewati sembari memandangi foto foto itu. Aku rasa itu adalah masa-masa yang paling indah. Setidaknya menurut ingatan buramku.

Aku tidak punya apa apa waktu itu, mungkin sampai sekarang si. Sepertinya aku ini 0 terus ya, entahlah. Tapi aku dulu punya kamu, setidaknya begitu yang aku tau. Aku rasa itu yang membuat bahagia ya. Seharusnya si ada kenangan yang tidak menyenangkan, namun tidak tersimpan di memori sepertinya. Yang tersimpan hanya memori yang bagus, lagipula kenapa juga harus menyimpan kenangan yang buruk.



Kemudian aku menyesal, I like You very much, I always hope the best for You. I want You to be happy most of the time. Dan aku seperti menyia nyiakan banyak sekali waktumu untuk bersamaku. Yang mungkin seharusnya bisa kamu gunakan untuk membangun sesuatu dengan orang lain. Dan mungkin juga kamu akan berbahagia, jauh lebih bahagia dari kamu yang sekarang. Maaf ya.

Aku sungguh minta maaf untuk semuanya. I can not be a decent human being. Sepertinya aku nggak akan bisa melakukannya di kehidupan ini. Aku ya begini lah adanya.

Perpisahan memang tidak menyenangkan, tapi keputusan itu memang harus diambil untuk melanjutkan hidup. Hidup yang lebih baik. It's ok, it just the way of life. Walaupun mungkin kita sama-sama bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dulu. Kita tidak akan pernah tahu.

Ya, aku harap kamu akan berbahagia selalu di kebanyakan waktumu. Aku ingin sekali tetap berteman, tapi mungkin tidak bisa seperti itu dalam beberapa waktu mendatang. Aku mengerti. Aku harap kamu telus menjaga dengan baik dirimu sendiri. Dan terlepas dari apapun, aku akan bahagia juga dengan diriku.



Sabtu, 05 September 2020

What Was I'm Thinking

What was I'm thinking

I do believe that people had three sides at his/herself. The bright or white side, dark, and grey side.

Aku percaya manusia mempunyai tiga sisi yang berbeda dalam hidupnya. Ada sisi yang baik, ada sisi yang gelap dan ada sisi yang abu-abu. Secara pribadi, aku lebih suka sisi yang abu-abu, karena tidak perlu repot untuk mempunyai satu pendapat yang kuat mengenai sesuaitu. Semuanya bisa dinegosiasikan dan akan ada jalan tengan untuk semuanya. Bukan berarti semua pihak yang berkaitan akan senang dengan keputusannya. Tapi setidaknya keputusan itu akan lebih sedikit menyebalkan atau menyakitkan.

Then what was Im thinking if I thought about romantic relationships? Between boy and girl, boy and boy, or girl and girl. You name it, I support the rainbow. Love is Love.



Well in my bright mind, I think that It's a very nice thing to have. I mean, I do want it. To find someone, a girl to call home. Whom I can love and loves me back. For better and for worse, and some more. I hoped that sometimes further down the line I'll find that one. I prayed to God, to couped me with one of His daughters to be my partner in this life. And we will have some years together, wondering this earth. I suppose it would be nice. It's bright tho..

Then on my dark side. Nobody would ever love, no one in the right mind for sure. I was broken, poor, and ugly soul. I have nothing to make that supposed one to be happy, literally. At this quarter life, I am nothing. It's my fault for lack of effort and poor decision, according to some people. Friends from higher ground. So, I have nothing it takes to be with someone. No, not in this lifetime.

Did I believe in reincarnation? 

I don't think I believe it. I want to believe it actually, because it will give hope, in another or next life. That I will have a better life.

See how dark it is right? Blaming something else but myself.

The gray side. I don't think I have a clear opinion on this side. But if I would ever find someone as bad as I am, it would be oke. I would think that the math equation "min x min = positive" can be applied to this. I wouldn't think "min + min = disaster". Hehe..

I don't think I will take any responsibility to add one cute little human being in this disaster I called my world. But it's gray, always middle ground for this.

The end, that a little though I had. For now.

 


 

Why?

 Why?

A Story..

Kemarin ada yang bilang samaku, temen kerja.

“Aku ada kagum sama kamu lho Dan. Disaat seperti ini, sepi kamu disini sendiri. Kamu bisa terlihat biasa aja. Kayaknya kamu bisa mengatasi situasinya. Apa si yang kamu rasain sebenernya?”

Well, sepertinya ini semacam pujian. Baiklah terimakasih lho, ternyata ada yang perhatian.

Kemudian kenapa bisa begitu, ya karena aku tidak terlalu menunjukkan perasaanku saja sewaktu bekerja. Kalau lagi sendiri kan nggak ada yang tahu ya. Jadi, sebenarnya baik-baik saja itu kalau pas lagi kerja saja sih.

Tapi juga, aku belajar ilmu lewat-lewat. Yang berarti yang sudah lalau ya biarlah berlalau, nggak perlu terlalu dipikirkan kenapa dan apa salahnya. Karena kadang kita nggak perlu salah untuk mendapat kesialan, itu bisa dating kapan saja semaunya hidup. Jadi lanjut aja deh.

Itu susah lho dipelajari sebenarnya. Karena aku kadang masih terbawa menjadi orang baik. Yang berarti orang juga harus baik karena aku baik juga. Hidup tidak seperti itu. Orang baik aku rasa tidaklah ada. Yang ada hanya orang, ada yang melakukan hal baik, ada yang melakukan hal sialan.

 


Lalu, sedari waktu kecil. Aku diajari untuk ‘Man up’, dewasalah, jangan manja. Jadi seperti itulah aku menjadi. Setidaknya aku fikir begitu. Sepertinya itu bukan hal yang bagus untuk dikatakan kepada anak kecil, tapi seperti itulah yang aku dapatkan. Itu membuatku selalu menyembunyikan perasaanku.

Aku juga nggak mau menyusahkan untuk hal yang tidak perlu. Karena memang dari dulu aku terbiasa sendiri, mandiri. Saat aku sudah menaruh atau menggantungkan sesuatu pada sesuatu or seseorang. I have tendency to get f*ck. Soo, sekarang aku jadi lebih suka melakukan sesuatu untuk diriku, sendiri.

Or maybe I'm just ignorant moron boy, pushed at adult ages..

Tapi aku berkumpul bersama lho, aku sebenarnya suka berada dalam satu kelompok apa begitu. Tapi mungkin kelompoknya yang tidak suka denganku. Haha..

Pentanyaan terakhir tentang apa yang aku rasakan? Aku tidak pernah bener-benar memikirkannya.

Kenapa begitu? Karena perasaanku nggak penting. It’s irrelevant. Jadi buat apa dibahas kalau tidak ada gunanaya kan. Kalau ada yang baca ini, tolong berhenti berlakau demikian yang diatas itu pada anak-anak. Itu merusak. Membuat orang tidak bisa menjadi, decent human being.

Untuk membahas apa yang aku rasakan, perlu orang yang benar-benar aku percaya dan aku anggap memang peduli. Dan sayangnya belum aku temukan orangnya sampai sekarang. Tapi hey, apa si pentinya perasaanku. Itu kan tidak relevan.

Tapi aku baik-baik saja. Aku hanya rindu jalan-jalan.

 


Rabu, 05 Agustus 2020

Ghosting -A Story

Ghosting. Hey.. don’t do it Please.

Sepertinya ghosting ini jadi fenomena yang umum terjadi belakanagn ini. Ghosting itu saat seseorang secara tiba-tiba menghilang dari jalan kehidupanmu. Menarik diri dan komunikasi, kita tidak lagi bisa berbicara dengannya. Sebenarnya orangnya masih ada, they just not around anymore.

Ditambah lagi memang keadaan manusia sekarang ini kebanyakan bersifat egois. Dari yang masih remaja sampai yang sudah tua begitu. Entitled morons, and spoiled kids. Tidak semua orang begitu, tapi banyak yang begitu.


Kenapa orang melakukan Ghosting ini ya?

Official answer, hanya orang itu dan Tuhan yang tau alasannya. Alasan lainnya mungkin kadang Tuhan juga bingung ya kenapa hambanya itu melakukan hal tersebut, berikut orang yang melakukannya. Entah lah, kadang kan manusia ini bisa melakukan sesuatu tanpa alasan ya, Just do it.

Ghosting ini memang lebih mudah dilakukan untuk diri sendiri. Karena menjelaskan sesuatu ini, apalagi soal hubungan dan perasaan, bukan sesuatu yang selalu mudah. Jadi untuk skip dramanya, baguslah menghilang saja langsung. Jadi tidak perlu berurusan dengan penjelasan, pertanyaan, dan menjawab pertanyaan itu.

Ditinggalkan itu bukan hal yang menyenangkan. Orang yang ditinggalkan ini akan berfikir dan bertanya-tanya kenapa? Apa yang salah ya? Kenapa dan kenapa tanpa pernah akan tahu jawabannya. Kalau orangnya bersifat cenderung cuek, mungkin pengaruhnya tidak akan lama dan berdampak terlalau buruk. Tidak masalah. Tapi untuk sebagian orang lainnya, yang tidak bisa menangani dengan baik, ini akan menjadi masalah. Bisa samapi depresi lho, bahaya.

Tapi ya, menurut orang-orang yang tahu, Ghosting ini bukan perilaku yang baik. Aku pribadi mengannggapnya bukan sesuatu yang baik untuk dilakukan. Itu menyebabkan rasa sakit, atau setidaknya tidak enak, di hati. Membuat orang yang ditinggalkan bertanya-tanya tanpa tahu jawabannya, sedikit petunjuk juga nggak ada. That’s a mess up feeling.

Cerita sedikit, karena disini kan aku cuman mau cerita ya. Seringnya memang tidak jelas, ngalor-ngidul dan nggak ada poinnya. Heheh..

Di Kota Surabaya ini aku sudah tinggal beberapa lama ya. Awalnya aku memang tidak memiliki niat untuk mencari teman disini. Ini bukan hal baik, jangan dilakukan. Carilah teman dimanapun kita berada. Ada memang nemu beberapa si, cuman seperti aku, meraka bukan warga lokal. Jadi meraka semua datang dan pergi dengan cepat, entah itu pindah penempatan kerja, atau memutuskan untuk memang pulang kampung untuk memulai sesuatu disana.

Bukan itu yang mau diceritakan si, karena tidak begitu ingat juga. Hanya pengalaman baru-baru ini saja. I felt Ghosted. Aku sekarang kan sedang dalam percobaan mencari teman. Pakai aplikasi dong, karena bagiamana lagi aku bisa ketemu orang random.

Well, sebenarnya nggak sedeket itu si memang. Tapi semua orang yang aku chat lewat online di dunia maya ini, setelah beberapa saat, month, enjoy chatting. Tiba-tiba saja mereka tidak lagi membalas cahtnya. Mungkin aku juga terlalu lama untuk minta nomor telfonya si jadi tidak bisa kontakan yang lain, entahlah.

Iya mungkin ini bukan ghosting yang beneran si ya, karena kebanyakan belum pernah berjumpa. Tapi beberapa yang pernah berjumpa juga berakhir sama. I don’t know why, I can’t find an answer. So I never survive after ferst meetup, a date. Tidak ada yang kedua untukku. Sayangnya begitu, dan aku tidak tahu alasannya kenapa. Tidak bisa bertanya juga karena they just left, not return my call and text. So I stop bother after some attempt and just letting it go.

Jadi, untuk orang-orang, sebaiknya berhentilah berbuat seperti ini. Ghosting memang lebih enak buatmu, tapi cobalah untuk menghargai perasaan orang lain. Cobalah untuk berkata sejujurnya, semua akan sakit rasanya memang. Tapi kalau kita tau sakitnya karena apa, memgobati dan pemulihannyanya juga akan lebih mudah.

Perkataan sederhana seperti, “Aku tidak merasa kita bisa berteman dengan baik, udah sampai disini aja ya.” Atau “I can’t do this, take care.” Tidak usah minta maaf karena tidak ada yang salah. Begitu lebih baik. Setidaknya ada kalimat penutup perpisahan, tidak menghilang begit saja.

You, Ghosting. Hey.. don’t do it Please.

Iya kita ini bebas, tapi bukan karena kita bebas, kitab oleh melakukannya begitu saja.

Untuk Ghostee, jangan terlalau lama dipikirkan. Yang sudah biarlah sudah dan marilah move on untuk jalan hidup berikutnya. Lewat-lewat aja kalau ada yang nggak enak begini.

Aku pernah tidak ya Ghosting orang? Sepertinya si tidak pernah, kalaupun pernah itu tidak disengaja. Lagi pula hey, aku tidak kenal banyak orang juga kan. Dan kedepannya aku tidak akan melakukannya. Promise.

Dan lagi, untuk orang yang pernah aku temui. Kalian berani banget sudah mau ketemu dengan orang asing random yang datang entah dari mana. You guys so brave. Cool.


Jumat, 24 Juli 2020

Memulai Kembali -A Story

Memulai Kembali

Aku tau aku punya masalah. Masalahnya aku merasa terlalu takut untuk ditinggalkan dan merasa sendirian. Sebenarnya takut si tidak mengapa, tapi masalahnya rasa itu terlalu berlebihan. Aku tidak yakin benar kenapa aku harus merasakannya. Mungkin karena cerita masa kecilku atau karena memang semua orang yang aku kenal, yang aku anggap berharga dan perduli denganku, pada akhirnya semuanya pergi. My point of view.

Mungkin karena salahku juga si, terlalu menutup diri dan tidak membiarkan orang mengenalku dengan benar. Kebanyakan hanya akan mengenalku dari apa yang aku izinkan untuk diketahui saya. Dan banyak yang tidak akan aku ceritakan juga.

Mungkin hanya sedikit sekali orang, atau sekarang sudah tidak ada orang yang benar mengenalku. My bad.

Tapi sebenarnya juga hidupku ini tidak menarik. Tidak ada juga yang bias aku ceritakan yang mungkin akan bisa menarik minat orang untuk mendengarkannya. Bosan, cerita medioker dan semua orang juga mengalaminya. So I though.

Sewaktu aku memutuskan untuk pergi bekerja di Kota Surabaya, ada alasanku untuk memang pergi dari tempat yang aku tau ketempat yang aku sama sekali asing. Untuk mengisolasi diri, aku tidak suka lagi bertemu dengan orang untuk bercerita atau mendengarkan. And I no longer have You there, jadi untuk apa lagi aku berada disana. Disisi lain, aku berharap akan banyak kerjaan ditempat yang baru untuk mengisi waktu. Menenggelamkan diri dengan pekerjaan, hanya pekerjaan.







It’s back fire.

Ternyata setelah beberapa lama aku di Surabaya, pekerjaan yang aku harap menjadi penyelamat waktuku juga tidak banyak. It’s been hard time. Tidak banyak yang bisa dilakukan. Dan setelah lama aku menutup diriku, aku jadi lupa bagaimana caranya untuk berbicara dengan orang.

Aku suka melihat pemandangan alam, pergi jalan jalan. Tapi itu semua aku lakukan dengan bangtuan smartphone. Aku tidak bersapa dengan orang lain seperti yang orang normal akan lakukan saat jalan jalan. Aku hanya tidak suka untuk sekedar bertanya, I think I rather lost.

Saat aku sudah merasa bosan dengan kesendirian, aku rasa akum au mulai membiasakan diriku lagi untuk mengenal orang. Tapi waktu yang lama sendiri membuat aku tidak tau bagaimana caranya untuk memulai pembicaraan kecil dengan orang lain. I’m lost and I don’t really care what other said. Aku sadar itu kacau, dan bagaimana bisa aku mau mencari teman tanpa pertama aku merasa peduli dahulu?

Dulu ada waktunya aku bisa melakukan itu dengan sangat mudah, untuk sekedar berkenalan dengan orang lain. Mencari teman, hanya sekedar teman yang tidak dekat. Sekarang aku tidak bisa lagi.

Cerita beberapa waktu lalau di bulan Juli ini aku bertemu dengan seseorang yang aku kenal melalui dunia maya. Aku mencari teman, mencoba. She is a cool girl, dari apa yang dia ceritakan dan apa yang aku lihat di social media. Dari perspektifku, aku punya hari yang menyenangkan. Kami mengobrol sambal makan ice cream dan nongkrong di caffee.

Kami mulai ngobrol sambal makan ice cream dari jam 12 siang sampai selesai di cafee jam 5 sore an. Akurasa itu cukup lama untuk mengobrol. Banyak yang kami perbincangkan, kebanyakan hal hal masa lalu dan keluarga. We have a goodbye peacefully, dia pulang naik grabnya dan aku naik sepeda motor. I was hoped we’ll have second meeting so we can talk about now and tomorrow. Dalam fikiranku, walaupun she way out of my league, it’s would be nice if I can be friend with her. A cool girl with a lot of friend, a nice way to go. Aku kira si begitu.

Tambahan cerita, aku rasanya terkena semacam panic attack ringan sore hari setelahnya. Aku merasa ada yang salah dan aku merasa tidak tenang. Kepalaku rasanya berat dan berputar dan sama sekali tidak nyaman waktu rebahan. I don’t know why, but I just know I blow it up. It’s over, she left even before she come. Semua orang akan meninggalkanmu, according to my brain.

Ternyata iya benar begitu adanya. She ghosted me after that. Not pick up my call or reply my message. And not even read that. Silly me.

But it’s oke. Aku anggap itu waktu yang baik, terimakasih ya kamu yang sudah mau meluangkan waktu untuk bertemu dengan orang asing yang datang dari jauh entah dari mana ini. Datang ke kotamu untuk mencari hidup. Hehe..

I will try again.

Mungkin yang kesekian nanti akan lebih baik, atau tidak juga tidak mengapa. Namanya ber ikhtiar. Aku tetap akan mencoba lagi, walupun sejujur benarnya itu melelahkan. Dan mungkin berbahaya juga bertemu dengan orang asing si ya. Tapi ada sisi baiknya, I was happier and not have weird feeling after.

Memulai kembali memang tidak mudah, tapi tidak ada alasan untuk tidak memulai kembali.












Kamis, 25 Juni 2020

Kenapa Aku Minum Alkohol

Kenapa aku minum alkohol

Kenapa aku suka minum alkohol akhir akhir ini, ya setidaknya selama pandemi 2020 ini. Aku jadi sering minum alkohol lagi. Sebenarnya bukan suka yang harus ada, atau sampai gimana ya. Hanya saja, badan ini suka sensainya.

Waktu itu ada teman iseng yang bertanya, kamu masih Kristen apa udah masuk Islam?

Waktu itu aku jawab, sebenarnya aku sekarang tidak ingin dikaitkan dengan satu agama apapun. Sepertinya itu tidak terlalu bermanfaat untuk hidupku. Agnostik abal-abal aja deh. Hahaha

Tapi bukannya aku benci agama lho ya, itu tentu saja terserah pribadi masing-masing. Dan kalau ditanya lagi, aku akan tetep menjawab aku cinta Tuhan Yesus. Aku nggak punya alasan, tapi seperti itulah adanya.

Dan untuk pertanyaan diatas, sepertinya karena aku masih mau boleh minum alkohol, apapun bentuknya. Dan aku masih mau makan daging babi, dengan segala macam bumbunya. Mantap. Dan aku saja masih belum bisa memenuhi kuota pergi ke Gereja seminggu sekali, aku nggak yakin akan bisa untuk menjalankan doa lima kali sehari. Untukku, itu hanya mustahil. So no, I will be Christian as long as I shall life.

So, kenapa aku minum alkohol?

Pertama karena itu nggak melanggar hukum apapun. Setidaknya sekarang. Bebrapa waktu lalau aku pernah baca di Instagram Opini.id mengenai RUU Larangan Meminum Alkohol. Itu kacau banget si, kenapa pula harus ada itu dibahas, nggak penting untuk mengurusi ranah pribadi individu. Keculali kalau yang mabuk itu merusak tempat umum, atau mencederai. Boleh lah itu dihukum. Tapi kalau dilakukan diranah privat dan tidak mengganggu orang lain, just leave it. Please. Sekarang, di Indonesia masih boleh minum aklohol, sebelum undang-undang berkata sebaliknya. Tidak melanggar hokum.

Kemudian minum alkohol aku rasa juga tidak bertentangan dengan alkitab (aku bacanya alkitab ya) yang  tidak boleh itu “menjadi pemabuk”. Jadi kalau kamu minum alkohol sesekali, itu nggak papa dong. Lagian perjamuan kudus juga pakai anggur dan mengandung alkohol, mostly.

Selanjutnya, minum alcohol juga membantuku intuk bisa tidur nyenyak. Karena aku bisa sejenak melupakan penatnya hari hari sendiri saat masa pandemik, atau disaat hidup mencapai ketidakadailan level ekstrim. Hidup tidak pernah adil, tapi ada level yang bisa ditoleransi dan sampai level kampret yang seharusnya tidak begitu. Tapi harus ditelan juga karena begitulah hidup. Tidak selalau susu dan madu, tapi ada raksasa yang harus kamu binasakan juga disana.

Alkohol ini membantu untuk sejenak melupakan masalah hidup. Walaupun untuk semalam, itu akan sangat enak sekali rasanya. Untuk orang yang pernah mencoba, tau bagaimana rasanya. Untuk yang tidak atau belum pernah mencoba, terserah anda untuk menilai dari luar. Masalahnya memang masih akan tetap ada besok paginya, tapi kalau malam ini bisa diusir dulu, itu sepadan menurutku.

Dulu, manusia menetap setelah menjadi pemburu dan pengumpul, itu karena mausia mau memproduksi alkohol juga lho. Dari buah yang di fermentasi. Karena akan sulit untuk memfermentasi sari buah menjadi alkohol kalau selalu berpindah-pindah, maka menetaplah manusia. Mulai menanam buah-buhan dan tanaman lainnya untuk dijadikan alkohol. Manusia memang suka alkohol.

Tapi harus diakui kalau kebanyakan minum alkohol juga tidak enak. Malah akan menurunkan atau bahkan menghilangkan manfaatnya. Ingat kan kata mama kalau apapun yang berlebuhan itu tidak baik. So drink responsibly!

Terus apa yang aku minum sekarang?

Waktu lalu, aku kalau sok bergaya minum wine yang harganya 400k-an per botol. Aku nggak pernah beli yang mahal-malal karena memang nggak mmampu belinya. Miskin mahal anjirr. Aku kan nggak seberada itu, masih perlu makan juga selama sebulan.  Dan ini berlangsung salama beberapa lama.

Sampai akhirnya otakku menyimpulkan, f’’’ it. Beli Anggur Merah Cap Orang Tua aja deh, sama Iceland vodka. Itu dua-duanya produk Indonesia dan murrah merianh ya. Jadi aku tidak merasa bersalah sama dompet kalau belinya. Dan, kadar alkoholnya juga lebih baik dibandingkan yang katanya wine itu. Ya walaupun aku aku nggak tau wine ya, dan wine nya juga nggak mahal-mahal kan. Lokal punya juga.


So, jadilah mereka ini temanku saat aku perlu untuk sekedar rekreasi di akhir pekan. Kawan murah meriah untuk menghibur diri sejenak. Dan kalau ada yang baca ini, pasti ada yang bilang betapa tidak berkelasnya ini. Its oke.

DRINK RESPONSIBLY!


DRINK RESPONSIBLY!


DRINK RESPONSIBLY!

Minggu, 10 Mei 2020

Friends –A Complement Story

Ini pelengkap untuk cerita dating when we young. Rasanya akan kurang kalau aku tidak bercerita atau memberikan kredit kepada teman-temanku disana. Ya, mungkin aku bukan teman yang baik juga si. Dan rasanya aku juga tidak punya banyak teman. Tapi yang aku tau, kalau aku perlu apa, aku cuma perlu telfon dan mereka akan ada, vise versa.

Tidak punya cukup banyak teman seperti yang lainnya buatku tidak masalah, karena aku merasa cukup demikian.

Teman yang baik itu tau kapan mereka bisa bilang apa. Yang berarti mereka bisa saling mengatakan apapun dan kapanpun tanpa menyinggung perasaan satu sama lain. Nggak ada kata kelewatan, dan kalaupun ada itu hanya akan bertahan selama beberapa saat. Dan walau bagaimanapun, mereka akan membantu saat diperlukan.

Kalaupun ada teman yang tidak bisa memaafkan, itu lebih terjadi karena keterpisahan jarak dan waktu yang berbeda. Sehingga tidak bisa duduk bersama untuk berbicara. Keadaan.

So, selagi disana aku punya teman untuk sekedar diajak duduk dan minum kopi bersama. Selagi aku tidak bersama dengan kamu. Tidak harus yang mahal karena yang aku suka adalah kopi hitam. Dengan jumlah gula yang secukupnya, yang berarti tidak ada. Berjam-jam bisa kami habiskan bersama untuk membicarakan apa saja. Mulai dari gurl, pekerjaan, sampai obrolan ngawur yang membuat tawa terbahak sampai lewat tengah malam.

Ya, aku perlu itu lagi. Kopi, tertawa lepas, dan dosis angin malam yang mencukupi. Itu yang membuatku bahagia dan membentuk hidup yang layak dijalani. A happy life.

Aku akan selalu ingat saat duduk bersama di kopi pos, dan cup-cup. Snack pilus beraneka rasa. Atau duduk di tepi kolam punya Bapak dibawah pohon yang sekarang sudah tidak ada.

Aku juga akan sesalu ingat duduk di balkon rumah Bro sampai malam, dan kadang dijamu dengan ayam bakarnya yang enak. I do missed that.

Aku rindu minum sekoteng didepan museum yang tidak pernah aku masuki, dan juga tentu ketopraknya. Yang sayangnya tidak ada di kota ini. Malam yang panjang di kampus untuk sekedar dapat wifi geratis.

Aku akan merindukan kalau aku pulang kerja ada orang di rumah kontrakan, walau bagaimanapun keadaan dan berantakannya. Dan walau akhirnya aku bertindak terlalu berengsek, semoga aku diingat juga kebaikannya, kalau ada si. Kontrakan akan menjadi kenangan yang baik buatku.

Komunitas prakarsa dan youth.


Di kota asing yang jauh ini, aku akan siap untuk mencari teman lagi. Karena setidaknya itu yang aku tau membuat bahagia. Sepertinya beberapa tahun untuk mengurusi diri sendiri sudah cukup. Aku mau membuat kenangan di kota yang panas ini.

Mugi mugi Pangeran Kang Gawe Urip mberkahi.


Jumat, 08 Mei 2020

Dating When We Young –A Story Part II

Kata orang tua, masa muda itu masa yang indah. Mungkin benar, tapi karena aku belum tua jadi aku belum bisa memastikannya. Mungkin suatu hari nanti. Tapi memang ada benarnya yang aku bisa yakin, selagi muda aku baik baik saja. Maksudnya secara fisik badan, masih bisa diajak tidur suka-suka, makan suka-suka, dan baik-baik saja. Kalau terluka, mungkin ada yang lecet atau bahkan patah, itu sembuh dan terkadang sembuh dengan cepat. Dan alinea ini tidak tau untuk apa.

Dimasa Pembatasan Sosian Bersekala Besar do this Covid-19 ini aku mempunyai banyak waktu sendirian. Ya, karena memang tidak ada yang bisa dilakukan. Tidak berniat keluar juga karena banyak tempat publik yang tidak beroprasi, dan mau menaati program pemerintah juga. Jadi, beginilah kondisinya, aku sendiri di ruanganku tanpa kontak dengan orang lain untuk waktu yang sangat lama. Perlu diakui, kalau itu membuat stress dan terkadang berujung dengan posting hal yang memilukan di social media.

Jadi begini, I think this story would have a little content about You, sorry. Dahulu sewaktu aku masih berpacaran denganmu, aku tidak pernah merasa takut atau suram atau semacamnya secara berlebihan. Tingkat stress sepertinya rendah untukku, sejauh yang aku bisa ingat. Aku merasa gembira hampir setiap waktu. Thanks to You. Aku merasa sangat hidup, bahagia dan bersemangat. Walaupun tentu kita waktu itu masih baru lulus kuliah dan mendapat pekerjaan pertama atau kedua, kita tidak punya banyak. Tapi dengan apa yang ada, kita bisa tertawa lepas dengan tulus. Aku bisa berfungsi selayaknya manusia yang normal, yang baik adanya.  A good old days to remember. Thanks to You.

Kemudian aku melihat diriku beberapa waktu lalu, aku benar-benar tidak bahagia. Selama pembatasan sosial ini aku benar-benar sendiri tanpa benar-benar berbicara atau bertemu dengan orang. Apalagi kantor menerapkan kebijakan benerja dari rumah, jadi benar-benar tidak ada kontak sosial untukku. Mungkin ada benarnya kalau kata orang, segala sesuatu bekerja mendatangkan kebaikan. Setidaknya untukku, I feel like I touch my rock buttom, thanks to You. Jadi aku bisa mulai lagi untuk merangkak naik.

Aku telah menutup diriku untuk beberapa lama, hanya berkelut dengan diriku sendiri dengan sesekali berkontak dengan Kamu. I do really happy, no hurt felling, thanks to You. Aku bisa dibilang tidak peduli dengan apapun, hanyan menjalani hari yang berlalu.

Aku berfikir untuk mencari alasan kenapa aku bahagia dulu. Dan alasan pertama yang tepikirkan adalah karena aku punya Kamu. Itu mengingatkanku kalau aku tidak sendirian, mengingatkan kalau aku disayangi. Dan aku menyayangi kamu dengan sepenuhnya juga. Jadi kalau aku pernah bilang, hal terbaik yang bisa diberikan hidup adalah dicintai oleh orang kamu cintai. Itu benar dan aku pernah mengalaminya. Thanks to You.

Koneksi daintara Kamu dan aku, kita, membuat aku bisa berfungsi seperti layaknya manusia yang beradab. Pengingat konstan yang kita berikan masing-masing, seperti ucapan atau text I love You, itu membuat gembira dan hari seberat apapun bisa dilalui. Our hand touches, dan saat kamu mengacak-acak rambutku sewaktu kita nonton film, dan sewaktu kita berbagi makanan (berarti kamu memberiku yang tidak kamu suka) itu menyenangkan. Mungkin itu karena hormon, atau karena kita seperti anak-anak. But I think it’s a life woth to be living. a happy one. Our touches. Thanks to You.

Someone to touch.

Tapi ya kemudian, kita bertumbuh dan sepertinya kesederhanaan hidup yang biasa tidak lagi cukup. Tapi hey, itu hal yang baik. Benar-benar hal yang baik yang berarti kita bertumbuh menjadi lebih baik. Hanya sayangnya, ada hal-hal yang kita tidak bisa pertemukan dan kita berubah menjadi Kamu, dan aku. Semoga kita bisa berteman dengan baik, setidaknya itu yang aku harapkan.

But hey, mungkin nggak akan bisa sebaik itu juga si ya. I mind, Who still be friend? Wishful thinking.

It’s oke, no hurt feeling for everything. I hope, because I do have none.

Uncle Dave bilang, kalau kamu mau memiliki hubungan romantic dengan seseorang, you have to be able to afford life first. Kamu harus bisa membuat hidupmu cukup. Karena banyak sekali masalah yang akan muncul berdasarkan kekurangan ekonomi. Aku percaya itu, tapi aku kan generasi milenial dan bukan siapa-siapa siapa, jadi kalau menunggu untuk mendapatkan kriteria hidup layak menurutnya, akan membutuhkan sekitar 150 tahun untuk bisa mencapainya. Harus meninggal 2-3 kali dulu ya kayaknya.

Aku juga mempunyai teman tapi. Dia sudah menikah dan tinggal di rumah kontrakan sederhana dengan sederhana lah, sama sekali tidak mewah. Mungkin cuma kebutuhan primer dan sedikit kebutuhan sekunder yang bisa mereka penuhi. Tapi hey, mereka terlihat bahagia lho, dan ya setidaknya mereka punya satu sama lain untuk saling menghibur disaat harinya berat. Dan menertawakan masing-masing saat harinya bagus. At least, they have each other. Kalian orang yang beruntung, bisa memiliki kemewahan itu.

Apakah kalian tahu kenapa orang mengucapkan selamat kepada orang yang baru jadian berpacaran, bertunangan, atau menikah? Karena mereka tau, menemukan orang yang mencintaimu dan kamu mencintainya juga itu tidak mudah, dan kamu beruntung menemukannya. Begitu menurutku.

Ah, aku benar-benar ingin berbenah, dan setidaknya aku sekarang tau apa yang aku inginkan. Hanya saja aku belum tau bagaimana caranya.

Aku ingin teman dikota yang asing dan jauh ini. komunitas akan keren sepertinya. Kalau hidup mengijinkan, aku mau dipertemukan dengan orang-orang yang mau menerimaku dilingkungan mereka. Aku mau belajar dan bisa mengerti. Aku rindu pesta atau setidaknya berkumpul bersama orang-orang untuk sekedar makan malam atau hanya berkumpul untuk apa sajalah alasannya. Berkumpul bersama keluarga sepertinya akan sangat menyenangkan.

Atau mungkin, a wishfull thinking, I would love to meet someone new. I hoped Pangeran Kang Gawe Urip have one stock for me. Hahaha..

Aku benar-benar memikirkan yang temanku itu lakukan, it’s really nice. Aku berharap juga bisa seperti dia, karena itu langkah paling logis yang bisa aku  pikirkan seandainya. Ada orang yang cukup ekstrim untuk melakukannya. I don’t know, I’ll just do my best for this life.

Terima kasih Tuhan, telah dan masih memberikanku waktu disini.

Sabtu, 25 April 2020

Talking with Mom -A Story

Bercerita dengan Ibunda.
Bagi yang belum tau, sebenarnya aku tinggal mempunyai satu orang tua kandung. My Mom. Sudah sejak lama, lama sekali malahan, sejak aku kelas tiga sekolah dasar. He had to go back home. Itulah kenapa judulnya tentang ibu, karena memang tinggal Ibu kan yang bisa diajak cerita. Tapi kami sebenarnya keluarga besar, aku punya banyak Om dan Tante. Tapi sepertinya aku tidak mau merepotkan mereka.

So, kalau ada yang follow Instagramku, beberapa waktu lalu di bulan April 2020 ini aku semacam membuat drunk post. Yang aku sesali setelahnya kenapa sampai membuatnya. Tapi ada sisi baiknya juga, setelah aku sadar pagi harinya, aku jadi bisa membaca lagi postingannya dan mengerti diriku sendiri, sedikit mengerti.

Aku sedang berada di titik terendah dijalan hidup ini, setidaknya itu yang aku rasakan. Aku semacam membiarkan diriku menarik diri dari society, entah sejak kapan dan bagaimana. Hanya akhirnya, aku merasa sendirian di Kota Surabaya yang terasa asing. Dan dengan adanya kebijakan kerja dari rumah selama pandemi Covid-19. Itu sama sekali tidak membantu, aku menjadi terlalu banyak waktu sendirian dan berfikir yang tidak-tidak.

Selama ini aku berfikir aku baik-baik saja, dan memang begitu, tapi dengan sedikit dorongan alkohol, baik-baik saja nya menjadi retak dan isi pikiranku yang tidak pernah aku ceritakan merembes keluar. Not good, just like anyone will ever care.

So, apakah yang sebenarnya terjadi denganku sebenarnya?

Pertama, aku kehilangan Tuhan, dan sudah sejak lama. Atau mungkin aku memang tidak pernah percaya mungkin ya. Itu akan sulit dibuktikan, mana yang benar. Tapi tolong jangan salah maksudnya disini, aku masih percaya tentang Adanya Tuhan yang menciptakan semua ini. Yang aku tidak percaya adalah bahwa Tuhan masih sayang denganku. Aku tidak tau apa yang salah sejujurnya, hanya saja itu tidak terasa benar. Aku tidak bisa lagi merasakan cinta-Nya, dan aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali merasakannya, atau apakah aku benar-benar pernah merasakannya.

Dan parahnya lagi, aku semacam menyalahkan Tuhan karena tidak menolongku. Atau setidaknya aku tidak merasakan Dia menolongku karena hidup ini terasa sangat berat. Itu terasa sangat salah, karena bagaimana aku bisa menyalahkan yang aku anggap tidak peduli denganku? Kenapa banyak orang lain yang merasa sakit menyalahkan Tuhan? Kenapa aku mengikuti orang lain? Pertanyaan seperti itu ingin sekali aku tanyakan kepada Mama.

Lagi, sewaktu itu juga aku keluar dari grup wa sebuah kelompok kerohanian, yang walaupun aku memang sudah tidak aktif sejak lama, tapi aku tidak dikeluarkan dan juga tidak dianggap, karena tidak pernah ada yang menyinggung tentangku disana. Jangan salah, mereka semua orang baik, aku yang bukan sepertinya. Dan setelahnya, benar-benar tidak ada yang mencoba menghubungiku. Memang benar, aku sudah tidak aktif sejak lama, dan aku tidak punya kontribusi apa-apa lagi. Mungkin semuanya punya lebih banyak pekerjaan lain yang lebih penting, aku mengerti dan tidak menahan rasa apapun. Hanya saja mungkin memang benar apa yang pernah dikatakan orang kepadaku, "You are one soul that not worthit to be saved". Kamu satu nyawa yang nggak begitu berharga untuk diselamatkan.

Kedua, aku tidak punya kekasih atau bahkan teman yang benar-benar bisa aku ajak cerita. Dulu aku masih bisa bercerita dengan beberapa orang, tapi seiring waktu kemewahan itu tidak ada lagi. Aku bahkan tidak lagi bisa atau berhak menyebut seseorang yang aku sayangi sebagai sahabat, karena kami sudah tidak berpacaran lagi, lama. Ini membuatku sedih lebih dari apapun. Dan itu sudah pasti salahku ya, dia itu gadis yang baik, tidak sempurna atau mungkin jauh adari sempurna, I just made mistake.

Tapi begini, rasioalku berkata hidup ini berat dan hampir saja kamu tidak bisa hidup dengan layak. Hidup dari gaji sebulan yang habis dalam satu bulan. Tidak punya tempat tinggal dan asuransi yang baik, aku bukan pilihan yang baik. Golongan milenial biasa saja yang hidup di sistem ekonomi kapitalis, sejujurnya aku tidak akan bisa mencapai apa-apa di kehidupan ini, dengan kerja keras, aku akan perlu waktu 150 tahun untuk bisa mencapai hidup yang layak. So, untuk mencari pasangan romantis yang aku suka, I can't afford that.

Sedangkan hatiku yang gila dan tidak rasional ini. Masih berharap kalau suatu saat nanti akan ada seseorang yang cukup nekat untuk menerimaku sebagaimana adanya dan mau berbagi hidup bersama. Syukur-syukur kalau dia anak Tuhan yang taat. You see it's crazy hope, and so unlikely to be happend. Kinda gave up for this.

Ketiga, aku sepertinya kehilangan gairah hidup, I have no passion to move my life. Kenapa pula aku hidup ini, untuk apa. Tapi aku tidak berencana untuk meninggal dalam waktu dekat. Aku masih mau jalan-jalan dan kalau hidup mengizinkan, aku ingin sekali berguna untuk orang-orang yang membutuhkan. Terutama mungkin untuk anak-anak yang kurang beruntung, kalau saja hidup memunjukkan jalan kesana. I have time, and me..

Kesimpulannya, Mama bilang kalau aku mau hidup dengan baik, Have Love. And Love mean God. Tuhan adalah Kasih, kalau kamu memilikinya Dia akan memberikan apa yang hatimu inginkan. Jangan mengejar anak gadis orang kalau kamu belum punya Tuhan, dan jangan dateng sama Tuhan kalau tujuannya hanya untuk mendekati seseorang. Kamu akan benar menyakiti anak orang, yang padahal Mama sudah suka dan 2020 kalian jadi.  Dan iya, aku menyakitkan.

But I can't help myself for that. Aku akan mencatatnya sebagai saran dahulu untuk sekarang. Kenyataannnya sekarang, Im alone.

Rabu, 15 April 2020

A Good Boy Though


A good boy though
Anak yang baik (anak lali laki), kemungkinan salah menegerti kenapa walaupun dia berbuat baik, tetap saja hal buruk terjadi. Kali ini aku mau bercerita tentang percintaan. Karena itu topik yang aku lebih mengerti daripada yang lainnya. Bukan berarti expert, its next to nothing tapi setidaknya itu yang lebih mudah aku untuk berkomentar, opini. Lagipula, ini cuman tulisan pemikiranku, dan tidak berdasarkan ilmu psikologi. Just my though.

Dimulai dengan cerita dari seseorang teman, tentang dirinya setelah putus cinta dengan seorang gadis. Tentang anak yang baik, yang menurut cerita satu pihak telah melakukan semua hal baik untuk gadis tersebut, tetapi tetap saja kisah mereka harus berakhir. Tentu ini akan dari satu perspektif, a good boy perspective, karena aku tidak akan bisa tau cerita dari sisi mantan pacarnya.

Oke, jadi aku punya teman yang belum lama ini mengalami patah hati. Usianya sekitar 27 tahunan, yang setelah hampir tiga tahun berpacaran, akhirnya dia diputusin. Temanku ini, merasa dia sudah berusaha untuk menjadi pacar yang baik. Dia sudah melakukan semua demi dan untuk pacarnya ini, dia bahkan sudah berfikir untuk menikahinya di tahun 2020 ini atau tahun depan.

Sebagai contoh, kebaikan yang dia ceritakan, dia selalu mengajak untuk jalan jalan di akhir pekan, kalau dia sedang tidak dinas diluar kota yang mungin sekali dalam sebulan. Dia sering mengirimkan kopi waktu makan siang, dan bahkan makan siangnya. Dia juga selalu memberikan hadiah sewaktu ulang tahun, tanggal jadian, valentine, atau kapanpun dia mau. Beberapa waktu lalau saat mantan pacarnya ini kehilangan pekerjaan karena habis masa kontrak, dia bahkan membantu membiayai hidupnya selama hampir dua bulan. Aku tidak habis pikir, dia banyak uang juga ya.

Menurut si gadis mantannya ini, dia tidak menginginkan mereka berlanjut. Dan berkata kalau temanku ini orang baik, dia akan menemukan gadis lain, segera.

Sebenarnya apa ya yang dicari oleh seorang gadis sekarang sekarang ini? Maksudku, kalau laki-laki itu baik, dia akan bilang dia terlalu baik dan merasa dirinya tidak baik untuknya. Kalau tidak baik dan bilang tidak baik dan ingin mengakhiri hubungan si tidak mengapa. Tapi kenapa harus membuang sesuatu yang baik hanya karena menganggap dirinya tidak baik. Bukankah kalau dia mengannggap itu bukan masalah dan mau menerima sebaimana adanaya itu tidak masalah ya. Ah, wish full thinking, berfikir yang tidak-tidak, mungkin lain waktu aku akan bertanya kepada teman ku yang perempuan untuk ini.

Ini adalah yang aku sampaikan kepadanya, setelah dia mengklaim dirinya sebagai orang baik dan mengatakan kalau hidup ini tidak adil. Memang benar hidup ini tidak adil, dan untuk memulai mencari pacar baru di usia ini tidaklah mudah. Aku sangat mengerti itu. Sepertinya diusia akhir 20an, untuk mencari orang baru itu sulit, apalagi jika pekerjaan tidak memiliki banyak jaringan dan mengharuskan kita bertemu banyak orang.

Sepertinya itu tidak mungkin untuk bertemu orang baru untuk diajak kenalan. Lagi pula, kebanyakan gadis diusia akhir 20an ini sudah menetap dan mungkin sudah punya satu anak atau dua. Jadi sepertinya sudah banyak sekali waktu yang terlewatkan untuk masa romantic terbaik dalam hidup. You and me just getting old, alone fast. Sudah melewatkannya begitu saja.

Kemudian kenapa kamu berfikir kalau kamu memberikan banyak hadiah dan melakukan banyak hal untuk gadis itu, dia akan membalas cintamu? Apakah benar dia memintamu melakukannya? Kalau memang benar, dia meminta semuanya itu daripadamu, dan dia tetap meninggalkanmu. Itu pasti hal yang baik buatmu, kamu nggak harus bersedih nggak berakhir menikahi gadis seperti itu. Kalau dia tidak memintamu, dan kamu tetap melakukannya, kamu nggak terlalu berhak untuk mendapatkan balasan kan. Dulu Kak Apple pernah bercerita kalau dia pernah didekati seseorang yang banyak memberinya sesuatu, dan dia bilang itu creepy, dia tidak menginginkannya. So maybe you creepy.

Memang aku bisa bilang kalau perasaan terbaik yang bisa terjadi dalam hidup ini dalah dicintai oleh orang yang kita cintai. Jadi segala sesuatunya itu tidak sia-sia, mereka akan melakukan sesuatu yang membuat pasangannya senang. Karena kalau kamu bahagia, kita bahagia. The best feeling in this world is to be loved by someone you love. Because if you happy, we’re happy. God I such a girl inside. But you know it right, it’s not a problem. I do like girl, I just don’t know when I ready to move on.

Jadi dia membenarkan kalau mungkin sebenarnya mantan pacarnya ini tidak benar-benar meminta sesuatu darinya. Wow, aku baru saja menyadarkan sesorang dari mimpinya. Karena iya, kamu memang orang baik, tapi itu hanya menurutmu saja. Kamu belum tentu baik menurut orang lain.

Dan masalah dari orang baik ini, dia beranggapan karena dia orang baik dan berlaku baik, orang lain akan berlaku baik juga terhadapnya. Padahal tidak semua seperti itu, aku percaya kalau orang baik akan bertemu denga orang baik juga, tapi terkadang Pangeran pemberi hidup ini sering iseng dan mempertemukan orang baik ini dengan orang yang tidak baik. Entah untuk apa tujuannya.

Kalau kamu menyukai seseorang, orang itu akan membalas menyukaimu juga. Itu sangat bisa terjadi, tapi jangan pernah abaikan kemungkinan kalau kamu akan ditolak juga dong. Kalau kamu merasa sudah melakukan banyak hal baik untuk gadismu itu, dan akhirnya dia tidak mau bersamamu, itu bukan dosa dan salah siapa-siapa. Salah itu kalau kamu memaksa gadis itu untuk menyukaimu karena kamu menyukainya. Salah itu kalau kamu melakukan sesuatu karena kamu mau melakukannya, tapi meminta gadis itu membalasnya. Itu bisa berhasil, mungkin banyak berhasilnya iya, tapi kalau tidak begitu dan kamu tidak mendapat gadisnya, jangan marah sama gadisnya dong. Kamu jadi tidak benar dan menganggap dia orang yang tidak baik, padahal bukan seperti itu.

Orang baik ini merasa dia berhak mendapatkan kebaikan karena dia baik. Tapi tidak selalu berakhir demikian. Inget, kamu berharap tidak dimakan singa karena kamu tidak memakan singa. Kalau kamu ketemu singa lapar, ya kemungkinan besar kamu akan dimakan kan.

Aku mau sekalian curcol sedikit lah ya. Aku juga nggak bisa sama-sama love of my life lho. Aku beranggapan kalau aku ini anak yang baik, kenapa nggak bisa sama-sama? Aku ketemu jawaban itu tadi. Sebenarnya aku ini anak baik berdasarkan pemikiranku saja, dan aku sebenarnya bukan anak yang baik malahan. Aku ini pengaruh buruk, setidaknya berdasarkan alkitab, dan Quranmu.

Dan aku juga bisa merasakan, kenapa bisa ada orang yang berfikir dia tidak layak untuk bersama seseorang. Aku nggak layak untuk bersama dia, dia gadis yang baik, tidak sempurna karena mana ada yang sempurna si. Dia cuman cantik aja dimataku, dan baik menurutku dan kamu tau kan aku sangat menyukainya. Dan itu bohong sepertinya, karena gimana bisa aku bilang aku menyukainya tapi tidak mau berusaha untuk bersamanya. Tapi dalam benakku, aku nggak mau merepotkannya dengan hidupku, hidupku kan ngaco berantakannya. Dan aku akan banyak membebaninya, jadi untuk mengatasi sampah ini, aku memutuskan untuk berhenti menghubunginya untuk yang terbaik. I think for the best.

Ya, sepertinya benar kata orang yang aku anggap orang yang lebih rohaniawan dariku. I’m one soul that not worth it, to saved. Ketika seorang ayah berkata, Dan kamu tau masa depan itu sungguh ada dan harapan tidak akan hilang kan, tapi tolong jangan libatkan putri kami kedalam masa depanmu ya. Ketika seseorang berkata, you a coward dan, I’m disappointed of you, you unnecessary burden of human kind.

Hal itu menyedihkan, sedih sekali kalau diingat. Tapi begitulah adanya hidup, dan bukan berarti orang yang mengatakannya bukan orang baik, bukan seperti itu. Terkadang orang bisa mengatakan hal-hal yang sebenarnya mereka tidak bermaksud demikian.

So, if you think you’re a good boy, maybe you not that good. Kalau kamu berfikir kamu orang baik, mungkin kamu tidaklah sebaik yang kamu fikirkan.

Kalau kamu berharap seorang gadis akan menyukaimu karena kamu menyukainya dan kamu melakukan hal-hal untuknya, kamu harus bersiap untuk kecewa. Dan tolong berhenti menganggap gadismu itu sempurna ya, nggak ada hal semacam itu. Semua orang punya kekurangannya.

Rabu, 26 Februari 2020

Dating When We're Young -A Story

Dating when we're young.
Pacaran selagi muda itu menyenangkan. Karena kita (well untuk ini dan selanjutnya kalau bukan kita setidaknya aku ah ya) tidak memperdulikan apapun selain diri kita sendiri. Hidup menjadi begitu sederhana karena kita masih menginginkan hal yang sederhana. Sekedar berkumpul bersama dengan minum kopi dan kesenangan murah sudah bisa membuat kita senang. 

Mungkin keinginan itu akan berbentuk seperti kurva ya. Awalnya selagi kita anak anak sampai dengan remaja, kita menginginkan hal yang sederhana, kiddo. Kemudian kita menginginkan hal lain yang lebih rumit dan memerlukan banyak waktu untuk tercapai setelah kita menjadi pemuda. Young man. Tapi terkadang kita bisa kehilangan kesabaran dan keinginan itu selamanya akan menjadi keinginan, atau terlupakan. Dan kalau kita sudah tua, yang diinginkan hanya berkumpul kumpul lagi. Well sejujurnya aku tidak tahu yang ini, karena aku belum tua. Tapi begitu adanya dari yang biasa aku dengar dari orang orang yang sudah berumur.

Hm, jadi apa hubungannya bahasan keinginan dengan pacaran waktu kita muda ya?
I don't really know about it exactly, tapi aku mau bercerita saja tentang apa yang aku rasakan dan alami. Sedikit saja. Bagi yang mengenalku secara pribadi, kalau aku bercerita tentang seorang gadis (setidaknya sampai dengan sekarang, Februari 2020) itu akan merujuk pada satu orang, Love of My Life. Aku nggak mau sebut namanya deh, karena kalau sampai dia membaca ini, mungkin dia akan merasa tidak nyaman. Maybe.

Awalnya aku bertemu dengan dia, Love of My Life, sewaktu aku menjadi mahasiswa di kursi kuliah. Kalau bangku untuk sekolah sampai SMA sepertinya ya, kalau kuliah pakai kursi mungkin. Hari itu, waktunya kami mendaftar keanggotaan wajib perpustakaan universitas. Yang sejujurnya tidak pernah kumasuki lagi sampai tiba waktunya aku perlu literatur untuk bahan skripsi. Atau pernah sekali ada acara kesana karena seminar unit kegiatan mahasiswa. Not fans of books.

Kembali ke cerita, waktu itu aku sedang mengisi form kertas untuk membuat kartu anggota sendirian, karena aku bukan orang yang berasal dari kota Bandar Lampung, kota tempat universitasnya. Dan teman teman dari SMA tidak banyak yang kuliah disana, kebanyakan mereka pergi ke Pulau Jawa, atau tidak melanjutkan kuliah sama sekali. Aku tidak berasal dari lingkungan yang kaya, tidak berkecukupan tapi cukup dengan usaha. I keep missing the point.

Aku duduk di meja lusuh bekas entah darimana dapatnya, bukan meja yang bagus, sambil mengerjakan form kertas itu. Sedang asyik mengerjakan, aku teralihkan dengan suara pintu terbuka dan disanalah pertama kali aku melihatnya. Sekarang aku tidak ingat apakah dia sendiri juga atau bersama temannya. Tapi aku akan selalu ingat betapa cutenya dia waktu itu. Dia memakai baju putih standar untuk mahasiswa baru dan rok hitam. standar untuk mahasiswa baru. Why Indonesia?

Dia membuka pintu dan berjalan langsung ke meja pendaftaran. Aku langsung menyukainya, love at first sight katanya ya. Dia tidak terlalu tinggi, tapi rata rata orang Indonesia. Rambutnya hitam dan lurus, ditambah dengan poni lurus kedepan ala orang Jepang yang dulu tenar, aku nggak tau apa nama modelnya sih. Kulit putih, chubby dan mata sipit yang cantik. Dia adalah gadis paling cantik yang pernah aku lihat. 

Aku menyukai gadis keturunan Tionghoa, entah kenapa I just like Chinese girl. Aku sebenarnya tidak memiliki tipe gadis yang aku sukai saat itu. Kalau sekarang, yang aku sukai adalah seperti Dia. Well I am bad at descripting people ya. Dan dia bukan chinese girl, sama sekali bukan, cuma mirip saja. But I like her.

Sebenarnya aku sudah beberapa saat selesai mengisi formnya, tapi aku menunggu waktu yang tepat untuk mengembalikannya. Kapan waktunya, setelah dia mengembalikan formnya karena aku ingin sekali tahu namanya. I wouldn't dare to talk with girl back then, aku nggak akan berani. Aku tidak bisa melihat dia menulis formnya dari tempatku duduk, dia ada di sudut lain yang terhalang pilar putih besar di tengah ruangan yang menjaga gedung perpustakaan ini berdiri. I hate that. Tapi waktu yang ditunggu akhirnya tiba, dia berjalan ke meja pendaftaran. Beberapa saat setelah dia disana, aku datang dan berdiri beberapa langkah dan aku tau namanya. Love of My Life. Aku tidak berani untuk melihat wajahnya dari dekat, padahal kami berdiri hanya beberapa langkah, mungkin akan ada yang bilang creepy, tapi itu yang terjadi waktu tu. 

Ditambah aku aku tau informasi tambahan. Kami satu Fakultas Ekonomi, hanya berbeda jurusan, Akuntansi dan Manajemen. Artinya kami akan bisa bertemu lebih banyak. Mungkin bisa berkenalan suatu saat nanti kalau aku punya keberanian untuk menyapa. And I do. Kemudian dia pergi keluar dan itulah saat pertama aku melihatnya. Disambung nanti.

Kenapa Aku Memiliki Asuransi Jiwa

Kenapa aku memiliki Asuransi Jiwa
Asuransi Jiwa itu mengalihkan sebagian resiko keuangan ke perusahaan asuransi kalau kamu meninggal. You know, life suck and shit things happen sometime, if not always. Jadi kalau kamu meninggal, kamu nggak akan cuman mati, tapi boleh meninggalkan sesuatu untuk orang yang terkasih. Lebih tepatnya uang, karena hidup sekarang mahal dan perlu uang kan. Maybe make their life easier for a while. Setidaknya kamu meninggalkan sesuatu lah untuk orang terkasih, kalau ada orangnya, nggak cuman pergi begitu saja.

Hidup ini tidak mudah, sama sekali tidak mudah setidaknya untuk diriku. Saat ini aku tidak memiliki harta apa apa, tahun lalu aku sudah memulai untuk berinvestasi tapi nanti diceritakan di sesi yang lain. Kembali ke topik, hidup selain tidak mudah, itu juga rapuh dan bisa berakhir kapan saja tidak ada yang tahu. Jadi kalau kita punya seseorang yang kita sayangi, mungkin akan bijak untuk memilikinya. Untuk mengingatkan mereka kalau kita ini orang baik, setidaknya menurut diri kita sendiri. Dan membantu mereka sejenak melanjutkan hidup. Oya aku tidak akan menyebut nama perusahaan apapun disini.

Asuransi jiwa ini sebenarnya biaya, jadi dianggap hilang begitu saja setelah kita bayar preminya. Aku tidak terlalu paham juga sih. Tapi ada yang akan mengembalikan preminya jika kita tidak meninggal selama masa pertanggungan. Ini yang membuatku tertarik, jadi seperti menabung saja kalau kita tidak meninggal. It's kinda cool. Jadilah aku membeli polis yang jenis ini, pertanggungannya tidak banyak, tidak akan cukup untuk membeli rumah kecil di kota, tapi kalau untuk bayar sewa satu tahun dan makan biasa enam bulan harusnya cukup. Jadi itu tidak buruk, dan semoga tidak akan menjadi seperti kasus perusahaan Asuransi BUMN yang viral awal tahun 2020 ini. Semoga tidak akan terjadi gagal bayar seperti itu lagi kedepan.

Jadi kenapa aku memiliki asuransi Jiwa? Karena aku punya orang yang aku sayangi, yang walaupun aku sepertinya tidak pernah secara langsung bilang, but I Love You Sist, truly. Kalau kejadian itu tiba tiba datang, setidaknya aku bisa membuat hidupnya sedikit lebih enak financially. Tapi kalau melihat lebih dalam, sejujurnya aku melakukan itu bukan murni untuk orang lain, tapi lebih untuk membuat diriku merasa baik. Make myself feel good. Karena selama ini rasanya aku tidak menjadi kakak yang baik, whatever that mean. We have unique childhood, maybe I will write about it someday.

Oke, jadi kalau punya orang tersayang, dan bisa punya uang lebih yang bisa disisihkan setelah biaya hidup bulanan. Sebaiknya beli lah asuransi jiwa. Tapi sebaiknya beli asuransi kesehatan dulu sih kalau belum punya. Untuk aku sendiri, perusahaan tempatku bekerja berbaik hati menyediakannya, jadi aku tidak perlu untuk sekarang.

Talk To Stranger -Life After 40 (Feb 25, 2020)


Once I love talking with strangers about anything, because it's easy and no judgement there. Either they don't care or just have no idea what I'm talking about. Berbicara dengan orang asing yang tidak mengenalmu yang sedang merenung juga terkadang bisa mengasikan bagi semua pihak, tapi kalau kondisinya buruk, it will be disaster. Dan sayangnya untuk akhir-akhir ini, berbicara dengan orang asing tidaklah mudah. Karena semua orang punya kotak teknologi yang selalu menemani mereka. Seolah-olah itu menempel ditangan.

Back to topic. Aku sedang duduk di warung kopi biasa pinggir jalan, menikmati long black favorit. Kemudian pria yang mungkin dua kali umurku datang dan duduk disebelahku. Aku hanya menduga umurnya, not sure. He isn't good looking, maybe because ages and condition. Sure he does not have much money, because we in that coffee stand. Setelah beberapa saat duduk dan menikmati suasana disana dan mengobrol ringan, I don't even know his name though.

Dia bercerita kalau dia baru menikah di umur 40an. Saat aku bertanya mengapa, dia menjawab sebenarnya dia juga tidak tahu mengapa. Bukankah menikah menurut apa yang diyakini itu disarankan ya, dan seharusnya kalau biasa saja bisa dilakukan dengan modal yang terjangkau. Most important, hehhe. Tidak tahu juga. Mungkin terlalu menikmati hidup dan kehidupannya sendiri. Merasa tidak memerlukan istri atau semacamnya. Dia juga mengaku tidak berpacaran juga. Is he straight, maybe, not sure and really doesn't matter.

Dia memiliki pekerjaan biasa, tidak menarik dan tidak punya rumah juga, tidak punya mobil dan cuma punya sepeda motor. What you've done with your life dude, you not supposed to be that poor at that age in the city. Kami mengobrol karena kami sama-sama tidak ada hal lain yang harus dilakukan, gabut level dewa. Aku hanya akan menulis apa yang dia ceritakan, bukan apa yang aku ceritakan disini.

Dia bercerita, sebenarnya dia dulu punya pacar sewaktu masih kuliah. Dia juga pernah berpacaran beberapa kali dulu sewaktu masih 20an.Semuanya baik-baik saja dan akhirnya dia bisa juga berpacaran dengan gadis yang benar-benar dia cintai, his word. Mereka berpacaran selama beberapa tahun dan dia bilang itu merupakan tahun terbaik dalam hidupnya, plan everything to be good and he was so happy. Until he doesn't. The life finally strike back and tears everything up. Mereka putus karena ternyata hubungan mereka tidak direstui oleh calon mertua. Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang, tapi tidak bersama dengan putri kami katanya. That hurts him for couple years too. Shit, not all the same, but I felt it. He's not dating ever since.

Waktu berlalu dan menjadi tua tidak dapat dihindari. Sampai pada suatu saat lama setelah itu, akhirnya dia mulai menginginkan kembali untuk merasa memiliki dan dimiliki seseorang. Setelah mencari seseorang di umurnya, tidaklah banyak yang tersisa. Mereka semua tentu saja sudah memiliki suami atau setidaknya pernah. Rasanya juga sudah tidak relevan untuk mencari seperti apa yang dia inginkan. Membuka diri untuk siapa saja yang mau menyukainya, dan dia akan menyukainya juga. Just anyone likes me, I will like her back. I'm scared of that idea actually. But it is what it is, and it's work for him. Dia sudah menikah sekarang dengan seorang janda karena suaminya meninggal dengan dua anak. Dia mengaku cukup bahagia sekarang, hanya terkadang dia sempat memikirkan apa yang bisa dilakukan jika dia melakukannya dengan cara yang berbeda.

In conclusion, I don't really know what the moral value of this story. Maybe just love back someone who loved you. For it's possibly the happiest thing may happen in this world. Again it's just random talk with strangers. What do we expected.

Selasa, 25 Februari 2020

Kenyataan Setelah Bekerja -A Story

Kenyataan setelah bekerja
Bekerja adalah kewajiban semua orang, setidaknya itu yang aku percayai. Semua orang ingin dan harus bekerja untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Kita hidup di dunia material, ini bukan berbicara tentang uang atau istilah nya matre saja, tapi kita memerlukan benda benda lain untuk hidup. We need things to survive.

Hidup tidak memberikan sesuatu secara cuma cuma, kita harus mendapatkannya. Ya mungkin ada memang orang yang tidak perlu bekerja untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tapi itu tidak berlaku secara umum dan sangat kecil kemungkinan orang bisa mengalaminya. Jadi itu tidak dihitung.

Sewaktu anak anak sampai dengan remaja, setidaknya selama masa sekolah sampai mahasiswa, normalnya kita tidak begitu memikirkan tentang hidup dan biaya hidup terlalu berat. Ada orang tua yang menyediakan semua kebutuhan kita, setidaknya itu yang ada di hidupku.

Memang sekali waktu aku harus bekerja untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, tapi melihat teman teman yang lain, mereka tidak perlu melakukannya. It's already provided for them. Tapi walau bagiamana kalau aku meminta sesuatu, itu akan ada jika itu memang keperluan. Entah bagaimana, orang tuaku akan menyediakannya. Kalu melihat itu sekarang, rasanya menakjubkan mengingat kami tidak punya banyak waktu itu. Bukan orang yang punya pendapatan tetap setiap bulan, hanya petani biasa di sebuah desa kecil.

Aku sebenarnya tidak meinta banyak seingatku, bukan karena aku tidak ingin, tetapi karena aku menyadari hidup kami tidak mudah dan aku tidak ingin nenambah ketidak mudahannya. Jadi ya, aku mencukupkan dengan apa yang diberikan padaku. Dahulu itu sudah cukup kok, and I has quite nice childhood. Lagi pula kami hidup di desa yang cukup jahuh dari kermaian, jadi idak banyak juga yang bisa dilakukan.

Sewaktu sekolah aku bukan anak yang pintar, aku tidak pernah dapat juara kelas, bukan juga yang termasuk suka berloahraga. Damn I don't do anything. Tapi beruntungnya aku selalu berhasil masuk ke sekolah dan universitas yang termasuk bagus di Provinsi. i'm so lucky. Tapi intinya aku ini bukan siapa siapa, dan sepertinya tidak berniat menjadi siapa siapa, kekurangan inspirasi atau passion. Dimana aku bisa memperbaiki sikap ini ya, hidup jadi kurang menyenangkan kalau terus seperti ini. Anyway, aku berhasil lulus SMA dan Universitas dengan cukup baik.

Keinginan untuk hidup mandiri datang sewaktu jadi mahasiswa. Memang enak jadi mahasiswa, itu saat paling bebas rasanya. Saat itu rasanya berbeda ketika berada di usia yang punya banyak energi dengan lebih sedikit tanggung jawab. Karena menurut hukum masih termasuk dibawah umur, tapi kita sudah boleh melakukan banyak hal seperti orang dewasa. Selagi itu, mungkin baiknya lakukanlah banyak hal yang menarik just for fun, selama itu tidak merugikan siapapun.

Sewaktu jadi mahasiswa rasanya hidup setelahnya akan sangat menyenangkan. Waktu itu aku bisa pergi ke tempat tempat yang asik bersama teman teman dengan biaya yang seadanya. Aku membayangkan bagaimana akan asiknya kalau nanti kami sudah lulus dan perji jalan jalan dengan modal yang cukup. Pasti lebih menyenangkan. But I tell you, nyatanya tidak seperti itu.

Setelah lulus dan mulai bekerja, kenyataan akan mengucapkan salam kepadamu. Welcome to the real worls, I am Life we'll see each other much. Begitulah, setelah lulus akan sulit untuk sekedar pergi jalan jalan. Jadi kalau ada kesempatan untuk pergi, pergilah segera, kesempatan itu tidak akan terulang lagi. Tapi kalau bisa jangan sampai berhutang untuk itu ya, akan ada penyesalan kalau seperti itu.

Sewaktu jadi mahasiswa juga, dengan uang saku yang terbatas cenderung sedikit, aku isa hidup dengan cukup baik. Ya aku tinggal di rumah tanteku sih, jadi soal makanan pokok tidak terlalu dipikirkan. Tapi aku juga tidak mendapatkan banyak, hanya setengah dari rata rata uang bulanan teman temanku yang kos. Kalau teman yang tidak kos, sepertinya kebanyakan mereka dapat pendanaan yang tidak terbatas. Walaupun ada juga yang sangat terbatas, aku tau sendiri karena ada teman yang seperti itu. Aku membayangkan, kalau nanti sudah bekerja dan punya uang sendiri, hidup akan jauh lebih enak. It's not likely if your first job is minimum wages.

Setelah bekerja, akhirnya aku berkenalan dengan hidup. Itu tidak menjadi semakin mudah sama sekali. Ya, aku jadi punya uang sendiri dan akhirnya bisa berhenti minta dari orang tua, tapi waktu untuk menikmati hidup menjadi sangat jauh berkurang. Karena aku bekerja di pekerjaan pada umumnya, di kantor dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Keadaan itu sama sekali bukan hidup yang aku bayangkan sewaktu masih jadi mahasiswa dulu. Dulu aku berfikir bisa pergi sesekali ke tempat yang menyenangkan, makan apa saja yang aku mau, dan membeli barang barang yang aku mau, Hidup material.

Kenyataannya, setelah hidup sendiri, akan banyak sekali biaya yang harus dibayar. Mulai dari biaya sewa tempat tinggal, tagihan tagian seperti listrik, air, pulsa telepon, ransportasi. Dan dengan gaji minimum, itu hanya akan cukup untuk mebayar semua itu plus makan sederhana selama satu bulan. Jika beruntung dan tidak kebanyakan jajan. Ya, itu kenyataan kalau kamu hidup di gaji minimum, you trap. 

Jadi sudah bekerja dari Senin sampai denga Jumat, dan terkadang hari Sabtu sepanjang hari. Just not enough time for yourself anymore. Hari Minggu akan diisi dengan istirahat untuk memulai lagi hari kerja yang melelahan. It's not confortable way of life, but it is what it is. Begitulah.

Tapi walau bagaimanapun, hiduplah dengan baik. Berbahagialah dengan apa yang hidup berikan kepadamu sekarang. Apalagi kalau masih sehat, punya pekerjaan yang bisa membayar semua pengeluaran dan syukur kalau bisa ada yang ditabung. Lebih bersyukut lagi kalau punya pasangan atau pacar yang bisa diajak jalan. Kalu seperti itu, Life is still kind to you. Not fucking you, yet.

I want to write this -A Story

I want to write this. Tell you a little bit why I become less care.
I had a friend from high school, we go to the same university, and sometimes still in touch at marketplace even we in a different city.

I know he has a crush back in high school, and somehow become her boyfriend. He really likes her, his first girlfriend from what I know. But after we graduated from high school, they broke up because he stayed in town and she moved to better college in another city. Long distance relationship is not for everyone, mostly. Besides, we just kids back then, what do we know about the relationship. Its normal story right.

Time past, I think he is moving on. Surely, he gets another girlfriend but she look lot alike his ex. I thought it was just his type. I know she is a beautiful nice girl. And they together since second semester, and in my opinion they cute together.

Until one day in work. He calls me, of course I don't remember all the details, but it's pretty much like this.
Bro "Hy what's up Dan, long time no see"
Dan "Hey Bro, it's fine here. 

B: Halo Dan, apa kabar lu, udah lama banget nggak ngobrol.
D: Halo Bro, iya kan lu yang sibuk banget ya kayaknya.

B: Hahhaha, masak iya si. kayaknya lu juga sibuk deh. aman kerjaan?
D: Alah, sok nanyain kerjaan. Pas gw d tangerang nggak dateng Lu. Ada apa lu tumben ni?
B: Masih bahas itu aja lo gak lupa2 kayak cewek. kan udah pernah kita bahas kan ini.
D: Iye iye, jadi ada apa ni. cerita2 geh.

B: Jadi gini, kemaren gw ketemu S. dia disini sekarang.
D: Tunggu, S dari SMA? bukannya lo masih sama K ya?
B: Iya lah siapa lagi emang. masih sama K kok gw. tapi kan dia cinta pertama gw Bro, masih inget waktu gw sama2 dia. Dia jomblo juga kemaren dia cerita.
D: Kok gw nggak nyambung si, terus kenapa?

B: Iya kayaknya gw masih suka deh sama dia Bro.
D: Waduh, enak ya jadi lo, banyak yg suka tinggal milih aja. tapi kan lu sama K sekarang bro, udah 5 tahun ya. 
B: Kam kam, bukan gitu juga ya. kemaren kami ngopi2 sambil cerita gitu, asik banget ngobrol sama dia setelah sekian lama. asik banget gw sama dia.
D: Iya pasti asik si bro ngobrol sama cinta pertama.
B: Iya dia nggak pernah ngeselin gw dari dulu. kayaknya gw mau sama dia lagi deh Dan.
D: what? kok bisa lu ngomong gitu bro. kalo K tau gimana coba.
B: iya si, tapi ini orang pertama yg gw suka lho dan. kayaknya juga K udah bosen juga sama gw.
D: ah masak si, lu apa K yg bosen Bro?

B: Ish, kok lu malah gitu si Dan, bukan suport gw
D: lah emang gw ngomong apaan si bro. kan gw temen kalian, gw mau yg baik buat kalian dong.
B: Jadi kata lu, gw harus tetep sama K nih? oke deh.
D: Iya, gitu si kalo gw mah ya. lagian kan lu nggak akan inget gimana ngeselinnya S, karena sekarang yg lu pinginin cuman muasin rasa penasaran lu.
B: Iye bawel. (and he hang up, shit guess I made a mistake)

And apparently yes, I made mistakes. we never talk ever since. That bastard also talk to S what I told him, and she hates me. Finally, B and K broke up just before their 6th dating anniversary, and I guess they don't like me anymore either. I'm feel like become part of some collateral damage, and I'm not really there. So much wrong with kids my day, on this day. Sh.

So you see, I messed with someone's life, even with my good intention. I know it's not all my fault, but maybe I'm part of it. The point is, I don't want to mess with someone's life anymore. I just withdraw myself from anyone life and want to enjoy my life.

But now it's become lack of good friends

Pengunjung