Hey,aku merenung tentang "keripik kentang".
Rabu, 07 Oktober 2020
Keripik Kentang Asik
Sabtu, 05 September 2020
What Was I'm Thinking
What was I'm thinking
I do believe that people had three sides at his/herself. The bright or white side, dark, and grey side.
Aku percaya manusia mempunyai tiga sisi yang berbeda dalam hidupnya. Ada sisi yang baik, ada sisi yang gelap dan ada sisi yang abu-abu. Secara pribadi, aku lebih suka sisi yang abu-abu, karena tidak perlu repot untuk mempunyai satu pendapat yang kuat mengenai sesuaitu. Semuanya bisa dinegosiasikan dan akan ada jalan tengan untuk semuanya. Bukan berarti semua pihak yang berkaitan akan senang dengan keputusannya. Tapi setidaknya keputusan itu akan lebih sedikit menyebalkan atau menyakitkan.
Then what was Im thinking if I thought about romantic relationships? Between boy and girl, boy and boy, or girl and girl. You name it, I support the rainbow. Love is Love.
Well in my bright mind, I think that It's a very nice thing to have. I mean, I do want it. To find someone, a girl to call home. Whom I can love and loves me back. For better and for worse, and some more. I hoped that sometimes further down the line I'll find that one. I prayed to God, to couped me with one of His daughters to be my partner in this life. And we will have some years together, wondering this earth. I suppose it would be nice. It's bright tho..
Then on my dark side. Nobody would ever love, no one in the right mind for sure. I was broken, poor, and ugly soul. I have nothing to make that supposed one to be happy, literally. At this quarter life, I am nothing. It's my fault for lack of effort and poor decision, according to some people. Friends from higher ground. So, I have nothing it takes to be with someone. No, not in this lifetime.
Did I believe in reincarnation?
I don't think I believe it. I want to believe it actually, because it will give hope, in another or next life. That I will have a better life.
See how dark it is right? Blaming something else but myself.
The gray side. I don't think I have a clear opinion on this side. But if I would ever find someone as bad as I am, it would be oke. I would think that the math equation "min x min = positive" can be applied to this. I wouldn't think "min + min = disaster". Hehe..
I don't think I will take any responsibility to add one cute little human being in this disaster I called my world. But it's gray, always middle ground for this.
The end, that a little though I had. For now.
Why?
Why?
A Story..
Kemarin ada yang bilang samaku, temen kerja.
“Aku ada kagum sama kamu lho Dan. Disaat seperti ini, sepi
kamu disini sendiri. Kamu bisa terlihat biasa aja. Kayaknya kamu bisa mengatasi
situasinya. Apa si yang kamu rasain sebenernya?”
Well, sepertinya ini semacam pujian. Baiklah terimakasih
lho, ternyata ada yang perhatian.
Kemudian kenapa bisa begitu, ya karena aku tidak terlalu
menunjukkan perasaanku saja sewaktu bekerja. Kalau lagi sendiri kan nggak ada
yang tahu ya. Jadi, sebenarnya baik-baik saja itu kalau pas lagi kerja saja
sih.
Tapi juga, aku belajar ilmu lewat-lewat. Yang berarti yang
sudah lalau ya biarlah berlalau, nggak perlu terlalu dipikirkan kenapa dan apa
salahnya. Karena kadang kita nggak perlu salah untuk mendapat kesialan, itu
bisa dating kapan saja semaunya hidup. Jadi lanjut aja deh.
Itu susah lho dipelajari sebenarnya. Karena aku kadang masih
terbawa menjadi orang baik. Yang berarti orang juga harus baik karena aku baik
juga. Hidup tidak seperti itu. Orang baik aku rasa tidaklah ada. Yang ada hanya
orang, ada yang melakukan hal baik, ada yang melakukan hal sialan.
Lalu, sedari waktu kecil. Aku diajari untuk ‘Man up’,
dewasalah, jangan manja. Jadi seperti itulah aku menjadi. Setidaknya aku fikir
begitu. Sepertinya itu bukan hal yang bagus untuk dikatakan kepada anak kecil,
tapi seperti itulah yang aku dapatkan. Itu membuatku selalu menyembunyikan
perasaanku.
Aku juga nggak mau menyusahkan untuk hal yang tidak perlu.
Karena memang dari dulu aku terbiasa sendiri, mandiri. Saat aku sudah menaruh
atau menggantungkan sesuatu pada sesuatu or seseorang. I have tendency to get
f*ck. Soo, sekarang aku jadi lebih suka melakukan sesuatu untuk diriku,
sendiri.
Or maybe I'm just ignorant moron boy, pushed at adult ages..
Tapi aku berkumpul bersama lho, aku sebenarnya suka berada
dalam satu kelompok apa begitu. Tapi mungkin kelompoknya yang tidak suka
denganku. Haha..
Pentanyaan terakhir tentang apa yang aku rasakan? Aku tidak
pernah bener-benar memikirkannya.
Kenapa begitu? Karena perasaanku nggak penting. It’s
irrelevant. Jadi buat apa dibahas kalau tidak ada gunanaya kan. Kalau ada yang
baca ini, tolong berhenti berlakau demikian yang diatas itu pada anak-anak. Itu
merusak. Membuat orang tidak bisa menjadi, decent human being.
Untuk membahas apa yang aku rasakan, perlu orang yang
benar-benar aku percaya dan aku anggap memang peduli. Dan sayangnya belum aku
temukan orangnya sampai sekarang. Tapi hey, apa si pentinya perasaanku. Itu kan
tidak relevan.
Tapi aku baik-baik saja. Aku hanya rindu jalan-jalan.
Rabu, 05 Agustus 2020
Ghosting -A Story
Ghosting. Hey.. don’t do it Please.
Sepertinya ghosting ini jadi fenomena yang umum terjadi
belakanagn ini. Ghosting itu saat seseorang secara tiba-tiba menghilang dari jalan
kehidupanmu. Menarik diri dan komunikasi, kita tidak lagi bisa berbicara
dengannya. Sebenarnya orangnya masih ada, they just not around anymore.
Ditambah lagi memang keadaan manusia sekarang ini kebanyakan
bersifat egois. Dari yang masih remaja sampai yang sudah tua begitu. Entitled
morons, and spoiled kids. Tidak semua orang begitu, tapi banyak yang begitu.
Kenapa orang melakukan Ghosting ini ya?
Official answer, hanya orang itu dan Tuhan yang tau
alasannya. Alasan lainnya mungkin kadang Tuhan juga bingung ya kenapa hambanya
itu melakukan hal tersebut, berikut orang yang melakukannya. Entah lah, kadang
kan manusia ini bisa melakukan sesuatu tanpa alasan ya, Just do it.
Ghosting ini memang lebih mudah dilakukan untuk diri
sendiri. Karena menjelaskan sesuatu ini, apalagi soal hubungan dan perasaan,
bukan sesuatu yang selalu mudah. Jadi untuk skip dramanya, baguslah menghilang
saja langsung. Jadi tidak perlu berurusan dengan penjelasan, pertanyaan, dan
menjawab pertanyaan itu.
Ditinggalkan itu bukan hal yang menyenangkan. Orang yang
ditinggalkan ini akan berfikir dan bertanya-tanya kenapa? Apa yang salah ya? Kenapa
dan kenapa tanpa pernah akan tahu jawabannya. Kalau orangnya bersifat cenderung
cuek, mungkin pengaruhnya tidak akan lama dan berdampak terlalau buruk. Tidak masalah.
Tapi untuk sebagian orang lainnya, yang tidak bisa menangani dengan baik, ini
akan menjadi masalah. Bisa samapi depresi lho, bahaya.
Tapi ya, menurut orang-orang yang tahu, Ghosting ini bukan
perilaku yang baik. Aku pribadi mengannggapnya bukan sesuatu yang baik untuk
dilakukan. Itu menyebabkan rasa sakit, atau setidaknya tidak enak, di hati. Membuat
orang yang ditinggalkan bertanya-tanya tanpa tahu jawabannya, sedikit petunjuk
juga nggak ada. That’s a mess up feeling.
Cerita sedikit, karena disini kan aku cuman mau cerita ya. Seringnya
memang tidak jelas, ngalor-ngidul dan nggak ada poinnya. Heheh..
Di Kota Surabaya ini aku sudah tinggal beberapa lama ya. Awalnya
aku memang tidak memiliki niat untuk mencari teman disini. Ini bukan hal baik,
jangan dilakukan. Carilah teman dimanapun kita berada. Ada memang nemu beberapa
si, cuman seperti aku, meraka bukan warga lokal. Jadi meraka semua datang dan
pergi dengan cepat, entah itu pindah penempatan kerja, atau memutuskan untuk
memang pulang kampung untuk memulai sesuatu disana.
Bukan itu yang mau diceritakan si, karena tidak begitu ingat
juga. Hanya pengalaman baru-baru ini saja. I felt Ghosted. Aku sekarang kan
sedang dalam percobaan mencari teman. Pakai aplikasi dong, karena bagiamana
lagi aku bisa ketemu orang random.
Well, sebenarnya nggak sedeket itu si memang. Tapi semua
orang yang aku chat lewat online di dunia maya ini, setelah beberapa saat,
month, enjoy chatting. Tiba-tiba saja mereka tidak lagi membalas cahtnya. Mungkin
aku juga terlalu lama untuk minta nomor telfonya si jadi tidak bisa kontakan
yang lain, entahlah.
Iya mungkin ini bukan ghosting yang beneran si ya, karena
kebanyakan belum pernah berjumpa. Tapi beberapa yang pernah berjumpa juga
berakhir sama. I don’t know why, I can’t find an answer. So I never survive
after ferst meetup, a date. Tidak ada yang kedua untukku. Sayangnya begitu, dan
aku tidak tahu alasannya kenapa. Tidak bisa bertanya juga karena they just
left, not return my call and text. So I stop bother after some attempt and just
letting it go.
Jadi, untuk orang-orang, sebaiknya berhentilah berbuat
seperti ini. Ghosting memang lebih enak buatmu, tapi cobalah untuk menghargai
perasaan orang lain. Cobalah untuk berkata sejujurnya, semua akan sakit rasanya
memang. Tapi kalau kita tau sakitnya karena apa, memgobati dan pemulihannyanya
juga akan lebih mudah.
Perkataan sederhana seperti, “Aku tidak merasa kita bisa
berteman dengan baik, udah sampai disini aja ya.” Atau “I can’t do this, take
care.” Tidak usah minta maaf karena tidak ada yang salah. Begitu lebih baik. Setidaknya
ada kalimat penutup perpisahan, tidak menghilang begit saja.
You, Ghosting. Hey.. don’t do it Please.
Iya kita ini bebas, tapi bukan karena kita bebas, kitab oleh
melakukannya begitu saja.
Untuk Ghostee, jangan terlalau lama dipikirkan. Yang sudah
biarlah sudah dan marilah move on untuk jalan hidup berikutnya. Lewat-lewat aja
kalau ada yang nggak enak begini.
Aku pernah tidak ya Ghosting orang? Sepertinya si tidak
pernah, kalaupun pernah itu tidak disengaja. Lagi pula hey, aku tidak kenal
banyak orang juga kan. Dan kedepannya aku tidak akan melakukannya. Promise.
Dan lagi, untuk orang yang pernah aku temui. Kalian berani banget sudah mau ketemu dengan orang asing random yang datang entah dari mana. You guys so brave. Cool.
Jumat, 24 Juli 2020
Memulai Kembali -A Story
Memulai Kembali
Aku tau aku punya masalah. Masalahnya aku merasa terlalu takut untuk ditinggalkan dan merasa sendirian. Sebenarnya takut si tidak mengapa, tapi masalahnya rasa itu terlalu berlebihan. Aku tidak yakin benar kenapa aku harus merasakannya. Mungkin karena cerita masa kecilku atau karena memang semua orang yang aku kenal, yang aku anggap berharga dan perduli denganku, pada akhirnya semuanya pergi. My point of view.
Mungkin karena salahku juga si, terlalu menutup diri dan
tidak membiarkan orang mengenalku dengan benar. Kebanyakan hanya akan
mengenalku dari apa yang aku izinkan untuk diketahui saya. Dan banyak yang
tidak akan aku ceritakan juga.
Mungkin hanya sedikit sekali orang, atau sekarang sudah tidak
ada orang yang benar mengenalku. My bad.
Tapi sebenarnya juga hidupku ini tidak menarik. Tidak ada
juga yang bias aku ceritakan yang mungkin akan bisa menarik minat orang untuk
mendengarkannya. Bosan, cerita medioker dan semua orang juga mengalaminya. So I
though.
Sewaktu aku memutuskan untuk pergi bekerja di Kota Surabaya,
ada alasanku untuk memang pergi dari tempat yang aku tau ketempat yang aku sama
sekali asing. Untuk mengisolasi diri, aku tidak suka lagi bertemu dengan orang
untuk bercerita atau mendengarkan. And I no longer have You there, jadi untuk
apa lagi aku berada disana. Disisi lain, aku berharap akan banyak kerjaan
ditempat yang baru untuk mengisi waktu. Menenggelamkan diri dengan pekerjaan, hanya
pekerjaan.
It’s back fire.
Ternyata setelah beberapa lama aku di Surabaya, pekerjaan
yang aku harap menjadi penyelamat waktuku juga tidak banyak. It’s been hard
time. Tidak banyak yang bisa dilakukan. Dan setelah lama aku menutup diriku,
aku jadi lupa bagaimana caranya untuk berbicara dengan orang.
Aku suka melihat pemandangan alam, pergi jalan jalan. Tapi itu
semua aku lakukan dengan bangtuan smartphone. Aku tidak bersapa dengan orang
lain seperti yang orang normal akan lakukan saat jalan jalan. Aku hanya tidak
suka untuk sekedar bertanya, I think I rather lost.
Saat aku sudah merasa bosan dengan kesendirian, aku rasa akum
au mulai membiasakan diriku lagi untuk mengenal orang. Tapi waktu yang lama
sendiri membuat aku tidak tau bagaimana caranya untuk memulai pembicaraan kecil
dengan orang lain. I’m lost and I don’t really care what other said. Aku sadar
itu kacau, dan bagaimana bisa aku mau mencari teman tanpa pertama aku merasa
peduli dahulu?
Dulu ada waktunya aku bisa melakukan itu dengan sangat mudah,
untuk sekedar berkenalan dengan orang lain. Mencari teman, hanya sekedar teman
yang tidak dekat. Sekarang aku tidak bisa lagi.
Cerita beberapa waktu lalau di bulan Juli ini aku bertemu
dengan seseorang yang aku kenal melalui dunia maya. Aku mencari teman, mencoba.
She is a cool girl, dari apa yang dia ceritakan dan apa yang aku lihat di social
media. Dari perspektifku, aku punya hari yang menyenangkan. Kami mengobrol sambal
makan ice cream dan nongkrong di caffee.
Kami mulai ngobrol sambal makan ice cream dari jam 12 siang
sampai selesai di cafee jam 5 sore an. Akurasa itu cukup lama untuk mengobrol. Banyak
yang kami perbincangkan, kebanyakan hal hal masa lalu dan keluarga. We have a
goodbye peacefully, dia pulang naik grabnya dan aku naik sepeda motor. I was
hoped we’ll have second meeting so we can talk about now and tomorrow. Dalam
fikiranku, walaupun she way out of my league, it’s would be nice if I can be
friend with her. A cool girl with a lot of friend, a nice way to go. Aku kira
si begitu.
Tambahan cerita, aku rasanya terkena semacam panic attack
ringan sore hari setelahnya. Aku merasa ada yang salah dan aku merasa tidak
tenang. Kepalaku rasanya berat dan berputar dan sama sekali tidak nyaman waktu rebahan.
I don’t know why, but I just know I blow it up. It’s over, she left even before
she come. Semua orang akan meninggalkanmu, according to my brain.
Ternyata iya benar begitu adanya. She ghosted me after that.
Not pick up my call or reply my message. And not even read that. Silly me.
But it’s oke. Aku anggap itu waktu yang baik, terimakasih ya
kamu yang sudah mau meluangkan waktu untuk bertemu dengan orang asing yang datang
dari jauh entah dari mana ini. Datang ke kotamu untuk mencari hidup. Hehe..
I will try again.
Mungkin yang kesekian nanti akan lebih baik, atau tidak juga
tidak mengapa. Namanya ber ikhtiar. Aku tetap akan mencoba lagi, walupun sejujur
benarnya itu melelahkan. Dan mungkin berbahaya juga bertemu dengan orang asing
si ya. Tapi ada sisi baiknya, I was happier and not have weird feeling after.
Memulai kembali memang tidak mudah, tapi tidak ada alasan untuk tidak memulai kembali.
Kamis, 25 Juni 2020
Kenapa Aku Minum Alkohol
Kenapa aku minum alkohol
Kenapa aku suka minum alkohol akhir akhir ini, ya setidaknya
selama pandemi 2020 ini. Aku jadi sering minum alkohol lagi. Sebenarnya bukan
suka yang harus ada, atau sampai gimana ya. Hanya saja, badan ini suka
sensainya.
Waktu itu ada teman iseng yang bertanya, kamu masih Kristen
apa udah masuk Islam?
Waktu itu aku jawab, sebenarnya aku sekarang tidak ingin
dikaitkan dengan satu agama apapun. Sepertinya itu tidak terlalu bermanfaat
untuk hidupku. Agnostik abal-abal aja deh. Hahaha
Tapi bukannya aku benci agama lho ya, itu tentu saja
terserah pribadi masing-masing. Dan kalau ditanya lagi, aku akan tetep menjawab
aku cinta Tuhan Yesus. Aku nggak punya alasan, tapi seperti itulah adanya.
Dan untuk pertanyaan diatas, sepertinya karena aku masih mau
boleh minum alkohol, apapun bentuknya. Dan aku masih mau makan daging babi,
dengan segala macam bumbunya. Mantap. Dan aku saja masih belum bisa memenuhi
kuota pergi ke Gereja seminggu sekali, aku nggak yakin akan bisa untuk
menjalankan doa lima kali sehari. Untukku, itu hanya mustahil. So no, I will be
Christian as long as I shall life.
So, kenapa aku minum alkohol?
Pertama karena itu nggak melanggar hukum apapun. Setidaknya sekarang.
Bebrapa waktu lalau aku pernah baca di Instagram Opini.id mengenai RUU Larangan
Meminum Alkohol. Itu kacau banget si, kenapa pula harus ada itu dibahas, nggak
penting untuk mengurusi ranah pribadi individu. Keculali kalau yang mabuk itu merusak
tempat umum, atau mencederai. Boleh lah itu dihukum. Tapi kalau dilakukan
diranah privat dan tidak mengganggu orang lain, just leave it. Please.
Sekarang, di Indonesia masih boleh minum aklohol, sebelum undang-undang berkata
sebaliknya. Tidak melanggar hokum.
Kemudian minum alkohol aku rasa juga tidak bertentangan
dengan alkitab (aku bacanya alkitab ya) yang
tidak boleh itu “menjadi pemabuk”. Jadi kalau kamu minum alkohol sesekali,
itu nggak papa dong. Lagian perjamuan kudus juga pakai anggur dan mengandung alkohol,
mostly.
Selanjutnya, minum alcohol juga membantuku intuk bisa tidur
nyenyak. Karena aku bisa sejenak melupakan penatnya hari hari sendiri saat masa
pandemik, atau disaat hidup mencapai ketidakadailan level ekstrim. Hidup tidak
pernah adil, tapi ada level yang bisa ditoleransi dan sampai level kampret yang
seharusnya tidak begitu. Tapi harus ditelan juga karena begitulah hidup. Tidak selalau
susu dan madu, tapi ada raksasa yang harus kamu binasakan juga disana.
Alkohol ini membantu untuk sejenak melupakan masalah hidup. Walaupun
untuk semalam, itu akan sangat enak sekali rasanya. Untuk orang yang pernah
mencoba, tau bagaimana rasanya. Untuk yang tidak atau belum pernah mencoba, terserah
anda untuk menilai dari luar. Masalahnya memang masih akan tetap ada besok
paginya, tapi kalau malam ini bisa diusir dulu, itu sepadan menurutku.
Dulu, manusia menetap setelah menjadi pemburu dan pengumpul,
itu karena mausia mau memproduksi alkohol juga lho. Dari buah yang di
fermentasi. Karena akan sulit untuk memfermentasi sari buah menjadi alkohol kalau
selalu berpindah-pindah, maka menetaplah manusia. Mulai menanam buah-buhan dan
tanaman lainnya untuk dijadikan alkohol. Manusia memang suka alkohol.
Tapi harus diakui kalau kebanyakan minum alkohol juga tidak
enak. Malah akan menurunkan atau bahkan menghilangkan manfaatnya. Ingat kan
kata mama kalau apapun yang berlebuhan itu tidak baik. So drink responsibly!
Terus apa yang aku minum sekarang?
Waktu lalu, aku kalau sok bergaya minum wine yang harganya
400k-an per botol. Aku nggak pernah beli yang mahal-malal karena memang nggak
mmampu belinya. Miskin mahal anjirr. Aku kan nggak seberada itu, masih perlu
makan juga selama sebulan. Dan ini berlangsung
salama beberapa lama.
Sampai akhirnya otakku menyimpulkan, f’’’ it. Beli Anggur Merah
Cap Orang Tua aja deh, sama Iceland vodka. Itu dua-duanya produk Indonesia dan
murrah merianh ya. Jadi aku tidak merasa bersalah sama dompet kalau belinya. Dan,
kadar alkoholnya juga lebih baik dibandingkan yang katanya wine itu. Ya walaupun
aku aku nggak tau wine ya, dan wine nya juga nggak mahal-mahal kan. Lokal punya
juga.
So, jadilah mereka ini temanku saat aku perlu untuk sekedar
rekreasi di akhir pekan. Kawan murah meriah untuk menghibur diri sejenak. Dan
kalau ada yang baca ini, pasti ada yang bilang betapa tidak berkelasnya ini. Its
oke.
DRINK RESPONSIBLY!
DRINK RESPONSIBLY!
DRINK RESPONSIBLY!
Minggu, 10 Mei 2020
Friends –A Complement Story
Ini pelengkap untuk cerita dating when we young. Rasanya akan
kurang kalau aku tidak bercerita atau memberikan kredit kepada teman-temanku
disana. Ya, mungkin aku bukan teman yang baik juga si. Dan rasanya aku juga
tidak punya banyak teman. Tapi yang aku tau, kalau aku perlu apa, aku cuma perlu
telfon dan mereka akan ada, vise versa.
Tidak punya cukup banyak teman seperti yang lainnya buatku
tidak masalah, karena aku merasa cukup demikian.
Teman yang baik itu tau kapan mereka bisa bilang apa. Yang berarti
mereka bisa saling mengatakan apapun dan kapanpun tanpa menyinggung perasaan
satu sama lain. Nggak ada kata kelewatan, dan kalaupun ada itu hanya akan
bertahan selama beberapa saat. Dan walau bagaimanapun, mereka akan membantu
saat diperlukan.
Kalaupun ada teman yang tidak bisa memaafkan, itu lebih
terjadi karena keterpisahan jarak dan waktu yang berbeda. Sehingga tidak bisa
duduk bersama untuk berbicara. Keadaan.
So, selagi disana aku punya teman untuk sekedar diajak duduk dan minum kopi bersama. Selagi aku tidak bersama dengan kamu. Tidak harus yang mahal karena yang aku suka adalah kopi hitam. Dengan jumlah gula yang secukupnya, yang berarti tidak ada. Berjam-jam bisa kami habiskan bersama untuk membicarakan apa saja. Mulai dari gurl, pekerjaan, sampai obrolan ngawur yang membuat tawa terbahak sampai lewat tengah malam.
Ya, aku perlu itu lagi. Kopi, tertawa lepas, dan dosis angin
malam yang mencukupi. Itu yang membuatku bahagia dan membentuk hidup yang layak
dijalani. A happy life.
Aku akan selalu ingat saat duduk bersama di kopi pos, dan
cup-cup. Snack pilus beraneka rasa. Atau duduk di tepi kolam punya Bapak
dibawah pohon yang sekarang sudah tidak ada.
Aku juga akan sesalu ingat duduk di balkon rumah Bro sampai malam, dan kadang dijamu dengan ayam bakarnya yang enak. I do missed that.
Aku rindu minum sekoteng didepan museum yang tidak pernah
aku masuki, dan juga tentu ketopraknya. Yang sayangnya tidak ada di kota ini. Malam
yang panjang di kampus untuk sekedar dapat wifi geratis.
Aku akan merindukan kalau aku pulang kerja ada orang di
rumah kontrakan, walau bagaimanapun keadaan dan berantakannya. Dan walau
akhirnya aku bertindak terlalu berengsek, semoga aku diingat juga kebaikannya,
kalau ada si. Kontrakan akan menjadi kenangan yang baik buatku.
Komunitas prakarsa dan youth.
Mugi mugi Pangeran Kang Gawe Urip mberkahi.
Jumat, 08 Mei 2020
Dating When We Young –A Story Part II
Kata orang tua, masa muda itu masa yang indah. Mungkin
benar, tapi karena aku belum tua jadi aku belum bisa memastikannya. Mungkin suatu
hari nanti. Tapi memang ada benarnya yang aku bisa yakin, selagi muda aku baik baik saja. Maksudnya
secara fisik badan, masih bisa diajak tidur suka-suka, makan suka-suka, dan
baik-baik saja. Kalau terluka, mungkin ada yang lecet atau bahkan patah, itu
sembuh dan terkadang sembuh dengan cepat. Dan alinea ini tidak tau untuk apa.
Dimasa Pembatasan Sosian Bersekala Besar do this Covid-19
ini aku mempunyai banyak waktu sendirian. Ya, karena memang tidak ada yang bisa
dilakukan. Tidak berniat keluar juga karena banyak tempat publik yang tidak
beroprasi, dan mau menaati program pemerintah juga. Jadi, beginilah kondisinya,
aku sendiri di ruanganku tanpa kontak dengan orang lain untuk waktu yang sangat
lama. Perlu diakui, kalau itu membuat stress dan terkadang berujung dengan
posting hal yang memilukan di social media.
Jadi begini, I think this story would have a little content about You, sorry. Dahulu sewaktu aku masih berpacaran denganmu, aku tidak pernah merasa takut atau suram atau semacamnya secara berlebihan. Tingkat stress sepertinya rendah untukku, sejauh yang aku bisa ingat. Aku merasa gembira hampir setiap waktu. Thanks to You. Aku merasa sangat hidup, bahagia dan bersemangat. Walaupun tentu kita waktu itu masih baru lulus kuliah dan mendapat pekerjaan pertama atau kedua, kita tidak punya banyak. Tapi dengan apa yang ada, kita bisa tertawa lepas dengan tulus. Aku bisa berfungsi selayaknya manusia yang normal, yang baik adanya. A good old days to remember. Thanks to You.
Kemudian aku melihat diriku beberapa waktu lalu, aku
benar-benar tidak bahagia. Selama pembatasan sosial ini aku benar-benar sendiri
tanpa benar-benar berbicara atau bertemu dengan orang. Apalagi kantor
menerapkan kebijakan benerja dari rumah, jadi benar-benar tidak ada kontak sosial
untukku. Mungkin ada benarnya kalau kata orang, segala sesuatu bekerja
mendatangkan kebaikan. Setidaknya untukku, I feel like I touch my rock buttom,
thanks to You. Jadi aku bisa mulai lagi untuk merangkak naik.
Aku telah menutup diriku untuk beberapa lama, hanya berkelut
dengan diriku sendiri dengan sesekali berkontak dengan Kamu. I do really happy,
no hurt felling, thanks to You. Aku bisa dibilang tidak peduli dengan apapun,
hanyan menjalani hari yang berlalu.
Aku berfikir untuk mencari alasan kenapa aku bahagia dulu. Dan
alasan pertama yang tepikirkan adalah karena aku punya Kamu. Itu mengingatkanku
kalau aku tidak sendirian, mengingatkan kalau aku disayangi. Dan aku
menyayangi kamu dengan sepenuhnya juga. Jadi kalau aku pernah bilang, hal
terbaik yang bisa diberikan hidup adalah dicintai oleh orang kamu cintai. Itu benar
dan aku pernah mengalaminya. Thanks to You.
Koneksi daintara Kamu dan aku, kita, membuat aku bisa
berfungsi seperti layaknya manusia yang beradab. Pengingat konstan yang kita
berikan masing-masing, seperti ucapan atau text I love You, itu membuat gembira dan hari seberat
apapun bisa dilalui. Our hand touches, dan saat kamu mengacak-acak rambutku
sewaktu kita nonton film, dan sewaktu kita berbagi makanan (berarti kamu
memberiku yang tidak kamu suka) itu menyenangkan. Mungkin itu karena hormon,
atau karena kita seperti anak-anak. But I think it’s a life woth to be living.
a happy one. Our touches. Thanks to You.
Someone to touch.
Tapi ya kemudian, kita bertumbuh dan sepertinya
kesederhanaan hidup yang biasa tidak lagi cukup. Tapi hey, itu hal yang baik. Benar-benar
hal yang baik yang berarti kita bertumbuh menjadi lebih baik. Hanya sayangnya,
ada hal-hal yang kita tidak bisa pertemukan dan kita berubah menjadi Kamu, dan aku. Semoga
kita bisa berteman dengan baik, setidaknya itu yang aku harapkan.
But hey, mungkin nggak akan bisa sebaik itu juga si ya. I
mind, Who still be friend? Wishful thinking.
It’s oke, no hurt feeling for everything. I hope, because I do have
none.
Uncle Dave bilang, kalau kamu mau memiliki hubungan romantic
dengan seseorang, you have to be able to afford life first. Kamu harus bisa
membuat hidupmu cukup. Karena banyak sekali masalah yang akan muncul
berdasarkan kekurangan ekonomi. Aku percaya itu, tapi aku kan generasi milenial
dan bukan siapa-siapa siapa, jadi kalau menunggu untuk mendapatkan kriteria
hidup layak menurutnya, akan membutuhkan sekitar 150 tahun untuk bisa
mencapainya. Harus meninggal 2-3 kali dulu ya kayaknya.
Aku juga mempunyai teman tapi. Dia sudah menikah dan tinggal
di rumah kontrakan sederhana dengan sederhana lah, sama sekali tidak mewah. Mungkin
cuma kebutuhan primer dan sedikit kebutuhan sekunder yang bisa mereka penuhi. Tapi
hey, mereka terlihat bahagia lho, dan ya setidaknya mereka punya satu sama lain
untuk saling menghibur disaat harinya berat. Dan menertawakan masing-masing
saat harinya bagus. At least, they have each other. Kalian orang yang beruntung,
bisa memiliki kemewahan itu.
Apakah kalian tahu kenapa orang mengucapkan selamat kepada
orang yang baru jadian berpacaran, bertunangan, atau menikah? Karena mereka tau,
menemukan orang yang mencintaimu dan kamu mencintainya juga itu tidak mudah,
dan kamu beruntung menemukannya. Begitu menurutku.
Ah, aku benar-benar ingin berbenah, dan setidaknya aku sekarang
tau apa yang aku inginkan. Hanya saja aku belum tau bagaimana caranya.
Aku ingin teman dikota yang asing dan jauh ini. komunitas akan keren sepertinya. Kalau
hidup mengijinkan, aku mau dipertemukan dengan orang-orang yang mau menerimaku
dilingkungan mereka. Aku mau belajar dan bisa mengerti. Aku rindu pesta atau
setidaknya berkumpul bersama orang-orang untuk sekedar makan malam atau hanya
berkumpul untuk apa sajalah alasannya. Berkumpul bersama keluarga sepertinya
akan sangat menyenangkan.
Atau mungkin, a wishfull thinking, I would love to meet
someone new. I hoped Pangeran Kang Gawe Urip have one stock for me. Hahaha..
Aku benar-benar memikirkan yang temanku itu lakukan, it’s
really nice. Aku berharap juga bisa seperti dia, karena itu langkah paling
logis yang bisa aku pikirkan seandainya.
Ada orang yang cukup ekstrim untuk melakukannya. I don’t know, I’ll just do my
best for this life.
Terima kasih Tuhan, telah dan masih memberikanku waktu disini.
Sabtu, 25 April 2020
Talking with Mom -A Story
Bagi yang belum tau, sebenarnya aku tinggal mempunyai satu orang tua kandung. My Mom. Sudah sejak lama, lama sekali malahan, sejak aku kelas tiga sekolah dasar. He had to go back home. Itulah kenapa judulnya tentang ibu, karena memang tinggal Ibu kan yang bisa diajak cerita. Tapi kami sebenarnya keluarga besar, aku punya banyak Om dan Tante. Tapi sepertinya aku tidak mau merepotkan mereka.
So, kalau ada yang follow Instagramku, beberapa waktu lalu di bulan April 2020 ini aku semacam membuat drunk post. Yang aku sesali setelahnya kenapa sampai membuatnya. Tapi ada sisi baiknya juga, setelah aku sadar pagi harinya, aku jadi bisa membaca lagi postingannya dan mengerti diriku sendiri, sedikit mengerti.
Aku sedang berada di titik terendah dijalan hidup ini, setidaknya itu yang aku rasakan. Aku semacam membiarkan diriku menarik diri dari society, entah sejak kapan dan bagaimana. Hanya akhirnya, aku merasa sendirian di Kota Surabaya yang terasa asing. Dan dengan adanya kebijakan kerja dari rumah selama pandemi Covid-19. Itu sama sekali tidak membantu, aku menjadi terlalu banyak waktu sendirian dan berfikir yang tidak-tidak.
Selama ini aku berfikir aku baik-baik saja, dan memang begitu, tapi dengan sedikit dorongan alkohol, baik-baik saja nya menjadi retak dan isi pikiranku yang tidak pernah aku ceritakan merembes keluar. Not good, just like anyone will ever care.
So, apakah yang sebenarnya terjadi denganku sebenarnya?
Pertama, aku kehilangan Tuhan, dan sudah sejak lama. Atau mungkin aku memang tidak pernah percaya mungkin ya. Itu akan sulit dibuktikan, mana yang benar. Tapi tolong jangan salah maksudnya disini, aku masih percaya tentang Adanya Tuhan yang menciptakan semua ini. Yang aku tidak percaya adalah bahwa Tuhan masih sayang denganku. Aku tidak tau apa yang salah sejujurnya, hanya saja itu tidak terasa benar. Aku tidak bisa lagi merasakan cinta-Nya, dan aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali merasakannya, atau apakah aku benar-benar pernah merasakannya.
Dan parahnya lagi, aku semacam menyalahkan Tuhan karena tidak menolongku. Atau setidaknya aku tidak merasakan Dia menolongku karena hidup ini terasa sangat berat. Itu terasa sangat salah, karena bagaimana aku bisa menyalahkan yang aku anggap tidak peduli denganku? Kenapa banyak orang lain yang merasa sakit menyalahkan Tuhan? Kenapa aku mengikuti orang lain? Pertanyaan seperti itu ingin sekali aku tanyakan kepada Mama.
Lagi, sewaktu itu juga aku keluar dari grup wa sebuah kelompok kerohanian, yang walaupun aku memang sudah tidak aktif sejak lama, tapi aku tidak dikeluarkan dan juga tidak dianggap, karena tidak pernah ada yang menyinggung tentangku disana. Jangan salah, mereka semua orang baik, aku yang bukan sepertinya. Dan setelahnya, benar-benar tidak ada yang mencoba menghubungiku. Memang benar, aku sudah tidak aktif sejak lama, dan aku tidak punya kontribusi apa-apa lagi. Mungkin semuanya punya lebih banyak pekerjaan lain yang lebih penting, aku mengerti dan tidak menahan rasa apapun. Hanya saja mungkin memang benar apa yang pernah dikatakan orang kepadaku, "You are one soul that not worthit to be saved". Kamu satu nyawa yang nggak begitu berharga untuk diselamatkan.
Kedua, aku tidak punya kekasih atau bahkan teman yang benar-benar bisa aku ajak cerita. Dulu aku masih bisa bercerita dengan beberapa orang, tapi seiring waktu kemewahan itu tidak ada lagi. Aku bahkan tidak lagi bisa atau berhak menyebut seseorang yang aku sayangi sebagai sahabat, karena kami sudah tidak berpacaran lagi, lama. Ini membuatku sedih lebih dari apapun. Dan itu sudah pasti salahku ya, dia itu gadis yang baik, tidak sempurna atau mungkin jauh adari sempurna, I just made mistake.
Tapi begini, rasioalku berkata hidup ini berat dan hampir saja kamu tidak bisa hidup dengan layak. Hidup dari gaji sebulan yang habis dalam satu bulan. Tidak punya tempat tinggal dan asuransi yang baik, aku bukan pilihan yang baik. Golongan milenial biasa saja yang hidup di sistem ekonomi kapitalis, sejujurnya aku tidak akan bisa mencapai apa-apa di kehidupan ini, dengan kerja keras, aku akan perlu waktu 150 tahun untuk bisa mencapai hidup yang layak. So, untuk mencari pasangan romantis yang aku suka, I can't afford that.
Sedangkan hatiku yang gila dan tidak rasional ini. Masih berharap kalau suatu saat nanti akan ada seseorang yang cukup nekat untuk menerimaku sebagaimana adanya dan mau berbagi hidup bersama. Syukur-syukur kalau dia anak Tuhan yang taat. You see it's crazy hope, and so unlikely to be happend. Kinda gave up for this.
Ketiga, aku sepertinya kehilangan gairah hidup, I have no passion to move my life. Kenapa pula aku hidup ini, untuk apa. Tapi aku tidak berencana untuk meninggal dalam waktu dekat. Aku masih mau jalan-jalan dan kalau hidup mengizinkan, aku ingin sekali berguna untuk orang-orang yang membutuhkan. Terutama mungkin untuk anak-anak yang kurang beruntung, kalau saja hidup memunjukkan jalan kesana. I have time, and me..
Kesimpulannya, Mama bilang kalau aku mau hidup dengan baik, Have Love. And Love mean God. Tuhan adalah Kasih, kalau kamu memilikinya Dia akan memberikan apa yang hatimu inginkan. Jangan mengejar anak gadis orang kalau kamu belum punya Tuhan, dan jangan dateng sama Tuhan kalau tujuannya hanya untuk mendekati seseorang. Kamu akan benar menyakiti anak orang, yang padahal Mama sudah suka dan 2020 kalian jadi. Dan iya, aku menyakitkan.
But I can't help myself for that. Aku akan mencatatnya sebagai saran dahulu untuk sekarang. Kenyataannnya sekarang, Im alone.